Epistemologi Qurban

Oleh: Dr Ilham Kadir MA* Sesunggguhnya secara historis, syariat qurban sudah dimulai semenjak zaman Nabi Adam. Manusia dan nabi pertama di muka bumi ini memiliki dua orang putra, Qabil dan Habil. Qabil merupakan seorang yang ahli pertanian. Kebunnya luas, hasil panennya banyak. Sementara saudaranya Habil merupakah seorang yang ahli peternakan. Hewan-hewannya gemuk, dan beranak pinak. Ketika diperintahkan untuk berqurban, Habil mempersembahkan hewannya yang terbaik, gemuk, sehat, besar, dan tanpa cacat, sementata saudara kandungnya yang ahli pertanian, justru sebaliknya, mempersembahkan qurban dari hasil pertaniannya yang jelek. Maka, yang pertama diterima dan yang kedua ditolak, yang kedua ini mengamuk sehingga membunuh saudaranya, (QS. Al-Maidah: 27). Pada ayat ini juga menjelaskan bahwa yang diterima qurbannya hanya golongan bertakwa, innama yataqabbalullah minal-muttaqin. Syariat berqurban kemudian disempurnakan pada masa Nabi Ibrahim. Suatu ketika, Khalilulla