Ramadhan dan Epestemologi Wabah
Oleh: Dr. Ilham Kadir, MA., Dosen Universitas Muhammadiyah Enrekang
Jika ditelusuri secara etimologis ada dua diksi dalam bahasa Arab
kerap dipakai dalam mengepresikan sebuah penyakit yang menular: waba' dan
tho'un. Umumnya digunakan dalam hadis atau komentar sahabat Nabi hingga para ulama. Waba'
dimaknai secara bahasa adalah 'al-maradh al-'amm atau penyakit secara umum' ini menurut Ibn Hajar Al-Atsqalani. Waba' yang
telah berubah dalam bahasa Indonesia menjadi 'wabah' artinya secara umum adalah
penyakit endemik, epidemik dan pandemik.
Ada pun istilah tho'un merupakan jenis penyakit yang menular dan
menyebar luas (infectious, contagious), penyakit yang mampu mencemari udara dan
menggerogoti tubuh, selain itu, jenis penyakit ini sangat berbahaya karena
mematikan dengan amat cepat. Karena itu dikatakan bahwa 'Fakullu at-tho'n waba'
walaesa kullu waba' tho'un', setiap tho'un adalah wabah dan bukan setiap wabah
itu tho'un.
Istilah lain yang kerap dipakai adalah "daa'" yang
berarti segala bentuk penyakit, baik menular maupun tidak. Dan penyakit apa pun
itu pasti menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman. Rasa sakit ini juga memiliki
beragam diksi, seperti "saqam, alam, maradh, dan saqith". Karena
bahasa Arab kaya diksi sehingga setiap kata harus ditempatkan pada kalimat yang
tepat. Kata "saqith" awalnya dipakai bagi orang sakit karena jatuh
lalu luka, setelah dipinjam dalam bahasa Indonesia, kata ini mewakili segalan
bentuk sakit yang menimpa segenap makhluk hidup di muka bumi.
Istilah lain yang kerap membingungkan adalah endemik, epidemik, dan
pandemik. Secara umum, itu merupakan cluster dan klasifikasi jenis penyakit
baik menular maupun tidak. Endemik merupakan jenis penyakit tertentu yang
berada di daerah atau kawasan tertentu, misalnya penyakit Malaria Papua, jenis
penyakit ini sangat berbahaya bahkan
membuat orang jadi gila hingga mematikan jika tidak ditangani secara tepat.
Bagi orang Sulawesi yang tidak ke Papua tidak akan tertular penyakit ini.
Karena itu kita sering dengar anoa sebagai hewan endemik, artinya hewan khas
Sulawesi. Sedangkan Epidemik merupakan penyakit menular di kawasan tertentu,
cakupannya lebih luas karena melintasi daerah bahkan negara, seperti virus
ebola di benua Afrika.
Dulu, ketika Corona Virus Diseas yang muncul di Wuhan akhir tahun
2019 atau Covid-19, hanya disebut sebagai Pandemik, karena negara-negara
ditulari hanya sekitar Cina dan serumpun dengannya. Kala itu, dunia dan
seisinya, termasuk Indonesia hanya menonton mereka. Bahkan Jubir Serbabisa
Presiden RI, Ali Mocthar Ngabalin dengan yakin mengatakan bahwa Virus Corona
tidak mempan di negara tropis, dan menteri bersama presiden sesumbar meyakinkan
rakyat jika Indonesia dipuji dalam
menangani dan menangkal Virus Corona. Ketika penyakit ini melintasi Cina menuju
Eropa, Amerika, Jazrirah Arabiyah, dan akhirnya sampai ke Indonesia, termasuk
pelosok terpencil di pegunungan Enrekang, maka sudah pasti penyakit ini
penyebarannya mendunia, karena itu disebut sebagai pandemik. Lalu terbalik,
orang Wuhan dan Cina kini sedang menonton, kita yang jadi tontonan.
Sedangkan penyebab terjadinya berbagai jenis wabah termasuk
pandemik pada umumnya karena faktor lingkungan dan makanan. DBD dan Malaria
berasal dari nyamuk, typhus dari tikus, rabies dari anjing, flu babi dari babi,
sapi gila dari sapi, flu burung dari burung, dan sars & covid-19 dari
kelelawar, trenggiling dan semisalnya. Pola hidup yang tidak higienis atau
tidak sehat juga faktor penyeab penyakit datang. Lingkungan kotor penyebab
bakteri berkembang biak. Hewan jenis
kecoa juga berbahaya, dalam perutnya terdapat pseudomonas sejenis
bakteri yang mampu berkembangbiak dengan sangat cepat, dan bisa mengakibatkan
penyakit pencernaan, infeksi saluran kemih dan sebagainya. Benarlah apa yang
disampaikan Rasulullah, agar terhindar dari wabah, ikuti petunjukanya.
"Tutuplah bejana-bejana dan wadah-wadah air. Karena ada satu malam dalam
satu tahun wabah turun di pada malam
itu. Tidaklah penyakit itu melewati
bejana yang tidak tertutup, atau wadah air yang tidak ada tutupnya melainkan
penyakit tersebut akan masuk ke dalamnya". (HR. Muslim, no. 2014).
Data manusia yang meninggal dengan berbagai penyebab menurut
Worldwide Death dari 1 Januari hingga 25
Maret 2020 cukup bervariasi. Yang berada di tempat teratas adalah kematian
akibat aborsi atau menggugurkan janinin, dalam waktu tiga bulan saja sudah
menelan korban 9.913.702 manusia.
Kemungkinan pelaku ingin enaknya saja, tapi tidak mau susah. Rokok juga
penyumbang terbesar, 1.163.581 orang mati lewat wasilah rokok, perokok
hakikatnya penantang malaikat maut. Sebanyak 313.903 meninggalkan dunia fana
akibat kecelakaan lalu lintas, dan penyakit malaria telah mematikan 228.095
anak cucu Adam, dan Covid-19 mengurangi populasi manusia sebanyak 21.297. Tapi
jika melihat tren, yang terakhir ini jika tidak ditangani dengan baik dan dalam
dalam tempo sesingkat-singkatnya, maka berpotensi naik jadi nomor wahid, sebab
dalam tiga pekan terakhir melonjak menjadi seratus ribu jiwa melayang akibat
pademi paling populer ini.
Ramadhan Tiba
Ramadhan 1441 Hijriah telah tiba, bulan kesembilan dalam hitungan
kalender hijriah. Bulan yang diyakini oleh umat Islam sebagai bulan penuh
berkah, rahmat, dan ampunan. Di dalamnya, ada kewajiban khusus bagi yang
memenuhi syarat, yakni berpuasa sebulan penuh: menahan makan, minum,
berhubungan [khusus] suami istri mulai terbit fajar hingga tenggelamnya
matahari. Ditekankan juga agar menjauhi perkara yang bisa menghilangkan pahala
puasa berupa meninggalkan segala bentuk bid'ah, maksiat, dan kemungkaran. Lalu
dianjurkan melakukan amar ma'ruf atau mengajak orang lain berbuat baik,
memperbanyak ibadah tambahan di luar wajib yang disebut sunnah.
Pada Bulan ini diwajibkan bagi umat Islam yang punya stok makanan
lebih dari sehari untuk membayar zakat fitrah, sebagai makanan bagi mereka yang
fakir--tidak punya pekerjaan dan tidak ada yang menafkahi--sekaligus sebagai
pembersih dari dosa-dosa orang yang berpuasa, terutama perkataan dan perbuatan
yang sia-sia. Umat Islam juga lebih senang membayar zakat harta, atau
bersedekah dan berinfak di Bulan Ramadhan. Untuk lebih menyempurnakan ibadah
harta tersebut maka seharusnya disalurkan lewat lembaga zakat negara seperti
BAZNAS atau lewat LAZ resmi. Di tengah Pandemik Covid-19, banyak sekali
masyarakat Indonesia yang merasakan dampaknya, sumber mengais rezeki tertutup,
bantuan terbatas, tidak bisa kemana-mana, dan hanya menunggu uluran tangan. Di
sinilah puncak dari esensi Ramadhan tahun ini, menguji semangat kita untuk
saling berbagi terhadap sesama.
Selaku umat Islam, wajib kita yakini bahwa penyakit merupakan bala,
musibah, fitnah, bahkan azab, namun kita juga diwajibkan untuk berusaha agar
terhindar dari wabah penyakit, mulai dari berobat bagi yang sakit, berdoa,
hingga menghindar dari kerumunan orang banyak yang berpotensi terjadinya
penularan. Dan, yakinlah bahwa segala sesuatu yang hidup, mati, dan sakit sudah
ada takdir atau takarannya masing-masing. Inilah disitir dalam firman Allah,
"Kami pasti akan menguji kalian dengan keburukan [yang tidak disukai] dan
kebaikan [yang disukai] sebagai ujian,
dan kepada Kami kalian dikembalikan, (QS. Al-Anbiya: 35).
Ya Allah, bawalah kami masuk ke dalam Ramadhan tahun ini dengan
penuh kegembiraan. Ya Allah, angkatlah wabah corona, jauhkan kami dari bala
bencana ini agar kami senantiasa leluasa menjalankan ibadah Ramadhan dengan
semarak dan nyaman. Ya Allah, Kami semua rindu bersimpuh berjamaah di rumah-Mu
yang kini sebagian terkunci rapat. Ya Allah, bukakanlah pintu taubat-Mu, dan
masukkan kami dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh. Selamat Menunaikan
Ibadah Ramadhan!
Enrekang, 23 April 2020.
Comments