Pelajaran dari Virus Corona
Ketika dunia semakin menua,
zaman makin canggih, teknologi terus berkembang, ilmuan terus berinovasi,
seakan-akan manusia telah menggenggam bumi dan isinya. Puncaknya, ia berkata,
Tidak ada satu kekuatan yang mampu menghalangi saya! Persis apa yang dikatakan
oleh Fi'uan, Ana rabbukumul A'laa, Akulah tuhanmu yang paling tinggi, (QS.
An-Nazi'at: 24).
Para pemimpin atau siapa pun
yang berani menentang dan menantang Allah hanya menunggu waktu untuk hancur.
Dan yang hancur bukan saja Si Pemimpin congkak itu, melainkan rakyat dan
negerinya. Sebab, pemimpin adalah cermin bagi siapa yang dipimpin. Dan,
kadangkala seorang penguasa besar dihinakan dengan kematian yang tidak biasa,
salah satunya Raja Firaun Ramses V pada 1196 SM dipercaya meninggal karena
terserang virus smallpox.
Kata virus berasal dari bahasa
Latin vīrus yang berarti 'racun' dan cairan berbahaya lainnya. Definisi
"agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali digunakan pada
tahun 1728, sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitri Ivanovsky pada tahun
1892. Terdapat perbedaan pendapat mengenai status virus sebagai makhluk hidup
atau sebagai struktur organik yang berinteraksi dengan makhluk hidup, saya
sendiri berkeyakinan bahwa virus adalah makhluk ciptaan Allah.
Virus adalah organisme
subseluler yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga
virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter
hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun
sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.
Demikian halnya dengan virus
corona yang sedang panas merebak seantero alam. Para pemimpin kelimpungan
mencari solusi agar virus itu tidak menyebar di negaranya, bagi yang sudah
terlanjur menyebar mereka berusaha agar korban tidak makin banyak, karena itu
berbagai upaya dilakukan. Dalam situasi kacau seperti itu, ada juga pemimpin
bahlul yang berusaha menutupi kenyataan bahwa corona telah mengganas di
negerinya. Ia takut kalau berkata jujur ekonominya akan melempem dan terpuruk.
Walau pada akhirnya ia jujur mengakui kalau corona telah merenggut nyawa
rakyatnya, dan tanpa corona pun economi sudah melempem akibat salah kelola.
Virus 2019 Novel Coronavirus
(2019-nCoV) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari
coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik
bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Infeksi
virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada
akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke
wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara.
Virus Corona atau 2019 Novel
Coronavirus adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena
infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada
sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian, (alodokter.com, 3/3/2020).
Keyakinan kita selaku umat Islam
bahwa virus adalah makhluk ciptaan Allah dan akan hidup, bergerak, dan mati
atas izin Maha Kuasa. Karenanya, tidak ada yang kuasa menghentikan dan
menjinakkan corona melainkan kuasaNya. Virus coronya yang membawa petaka adalah
sinyal kuat bahwa Allah Maha Kuasa atas segalanya. Manusia sebagai makhluk
ciptaan sangat lemah dan rentang terkena penyakit, selain itu, harus dipahami
bahwa Allah tidak akan menurunkan penyakit kecuali ada penangkalnya. Dan tugas
ilmuan untuk mencari penangkal, walaupun pada prinsipnya virus corona bisa saja
dicegah dan diantisipasi.
Ada indikasi bahwa virus corona
berasal dari makanan yang tidak higienis masyarakat Wuhan di Tiongkok sana,
misalnya gemar makan anjing, kelelawar, tikus, ular, dan semisalnya yang
menakutkan dan menjijikkan bagi kita. Umat Islam, mengharamkan makanan dari
hewan yang bertaring seperti di atas, itu semua tidak halal, bahkan tidak hanya
itu, kadang makanan halal pun masih disortir untuk menjadi toyyib, itulah
dimaksud 'halalan thoyyeban'.
Dengan memakan makanan halal dan
baik-baik (halalan thoyyeban), ditambah dengan berbagai rempah penguat daya
tahan tubuh seperti jahe, kunyit, cengkeh, kapulaga, buah pala, daun salam, dan
semisalnya, maka daya tangkal tubuh kita terhadap serangan virus jauh lebih
kebal secara alamiah. Cara konsumsinya pun mudah saja, cukup dijadikan bumbu
masakan. Akan lebih nikmat jika dihidangkan dengan sayur berkhasiat banyak
seperti labu dan daun kelor. Namun semua itu harus diiringin dengan kebiasaan
hidup sehat, upayakan agar selalu suci dengan air wudhu, bagi wanita suka poles
wajah atau make up agar dikurangi dan diganti dengan air wudhu. Rumus dalam
dunia medis adalah "al-wiqaayah khaerun minal-'ilaaj, mencegah lebih baik
dari mengobati".
Jika segala upaya preventif
sudah dijalani, maka berdoa dan tawakkal adalah jalan terakhir. Sering-sering
membaca, Allahumma inni as'aluka salamatan fid-din wa afiatan fil jasad
waziadatan fil-'ilmi. Ya Allah berilah aku keselamatan dalam agama,
kesehatan dalam tubuh dan anugrahkan padaku ilmu pengetahuan. Itulah tiga hal
sebagai tonggak kehidupan kita yang sangat terbatas ini. Agama adalah sumber
keselamatan, tetapi hanya bisa dijalankan dengan sempurna jika jiwa dan raga
ini sehat wal afiat, itu pun tak cukup, sebab setiap amalan tiada guna jika
tidak didasari dengan ilmu. Islam adalah agama ilmu, dan tidak boleh berbicara
dan berbuat melebihi apa yang kita ketahui, termasuk ketika berbicara tentang
virus corona. Wallahu A'lam!
Enrekang, Jumat 6 Februari 2020.
Oleh: Dr. Ilham
Kadir, Kolumnis dan Penulis Novel "Negeriku di Atas Awan"
Comments