Qurban Berdayakan Desa
Oleh: Dr Ilham Kadir MA, Peneliti MIUMI; Pimpinan BAZNAS Enrekang.
Seorang nenek berusia 60 tahun, Sahnun namanya, untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya maka ia pun berprofesi sebagai pemulung di jantung kota
Mataram. Sahnun merupakan tipe manusia pemurah, ini dibuktikan dengan
kebiasaannya berqurban setiap tahun ketika lebaran haji tiba. Bahkan tahun ini,
nenek berusia renta itu berqurban seekor sapi dengan harga 10 juta rupiah.
Kebiasaan masyarakat Indonesia untuk berbagi dengan sesama diperkuat
dengan data ilmiah dan akurat dari World Giving Index pada tahun 2017 yang
menempatkan negara Indonesia pada urutan ke-2 secara global sebagai negara
dengan penduduk yang paling dermawan. Dan salah satu wujud kedermawanan
seseorang adalah dengan cara menyembelih hewan qurban pada lebaran Idul Adha.
Namun antuasias masyarakat muslim Indonesia untuk berbagi lewat
qurban seharusnya ditata dengan lebih baik, diatur sedemikian rupa agar
daging-daging qurban tersebut dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat.
Demikian pula, pembelian hewan qurban agar menguntungkan para peternak kecil
yang hanya memelihara tiga sampai lima ekor sapi, itu pun hasil jualannya dimanfaatkan
untuk kebutuhan pokok, pendidikan, dan kesehatan. Jangan sampai ibadah qurban
hanya menguntungkan para kapitalis, tengkulak, dan semisalnya. Membeli hewan
qurban dengan harga yang rendah lalu mereka pasok ke kota untuk dijual dengan
harga mahal dan dagingnya pun dinikmati oleh orang-orang kota.
Sudah saatnya ada pemerataan pembagian daging qurban, jangan hanya
tertumpu pada titik-titik tertentu lalu di titik lain, masyarakat pedesaan hanya
mendengar sang khatib berkhotbah dengan tema qurban yang mengisahkan Nabi
Ibrahim dan putranya Ismail. Ketika orang kota menikmati hewan qurban, orang
desa di beberapa tempat hanya kenyang dengan khotbah tanpa merasakan daging
qurban. Di sini letak masalahnya.
Berqurban di desa
Indonesia memiliki 75.436 desa, dengan 19,17 persen diantaranya
merupakan desa tertinggal. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2018
menyebut sebanyak 15,54 juta penduduk miskin tinggal di pedesaan. Sementara itu
perputaran uang lebih banyak terjadi di perkotaan, sebab berbagai peluang
ekonomi diciptakan di kota. Karena itu pemberdayaan desa menjadi sangat penting
agar masyarakatnya dapat hidup sejahtera.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) melayani masyarakat untuk
berpartisipasi memberdayakan desa pada momen Hari Raya Idul Adha 1440 H ini
melalui Program Qurban Berdayakan Desa. Karena ibadah qurban bukan hanya
menjadi momen spiritual manusia dengan Maha Pencipta. Karena itu BAZNAS bekerjasama dengan Pusat
Ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia (PEBS UI) tahun 2018, dalam
menunaikan qurban, umat muslim menciptakan potensi perputaran uang hingga Rp
69,9 triliun dari transaksi jual beli hewan qurban. Dana sebanyak ini akan
besar manfaatnya jika sebagian besarnya berputar di desa.
Dengan program Qurban Berdayakan Desa, hewan ternak dibeli langsung
dari peternak di desa, disembelih dan didistribusikan di desa agar peternak
semakin sejahtera. Masyarakat desa yang menerima daging qurban juga dapat
merasakan banyak manfaatnya. Program Qurban Berdayakan Desa menyimpan manfaat
pendidikan, kesehatan dan budaya.
Dari segi Ekonomi, ketika qurban dilakukan di desa, maka usaha
peternakan warga akan makin berkembang dan berbagai industri turunan akan
mengikuti, seperti olahan kulit sebagai bahan baku kerajinan hingga kuliner,
bahkan kotoran ternak sebagai pupuk kompos. Di Enrekang, produksi kompos dari kotoran ternak
seperti kambing dan sapi dimanfaatkan untuk mengembangkan budidaya tanaman bawang
dan beragam jenis sayur-mayur.
Dari sisi pendidikan, dengan perputaran ekonomi dari Qurban
Berdayakan Desa, akan membantu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menempuh
pendidikan lebih tinggi dan memperbaiki fasilitas pendidikan terdekat. Tidak
sedikit masyarakat Sulawesi Selatan, terutama di pegunungan menjadikan musim
qurban sebagai salah satu harapan tertinggi mereka dalam mendapatkan uang untuk
membiayai sekolah dan kuliah anak-anak mereka dengan cara menjual ternak jelang
hari raya qurban dengan harga sedikit lebih mahal dibandingkan dengan hari-hari
lain.
Qurban Berdayakan Desa juga mendorong peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat desa, dari anak-anak hingga orang dewasa. Daging sapi dan daging
kambing mengandung berbagai zat gizi yang dapat membantu tubuh melakukan
tugasnya dengan baik. Daging sapi mengandung kalori, lemak, protein, zat besi,
vitamin dan magnesium. Daging kambing memiliki kandungan gizi berupa kalori,
protein, lemak, fosfor, zat besi dan vitamin.
Zat-zat gizi ini berfungsi
membantu masyarakat tetap sehat dan menghindarkan anak-anak dari ancaman gizi
buruk dan berfisik pendek atau stunting. Kementerian Kesehatan mencatat, 37
persen dari 9 juta balita di Indonesia mengalami stunting, untuk Sulawesi
Selatan, Kabupaten Enrekang adalah salah satu penyumbang angka stunting
terbesar. Dengan pemerataan daging qurban secara langsung dapat dirasakan oleh
mereka yang tinggal jauh di pedasaan yang tidak rutin menikmati daging sapi dan
kambing sebagaimana masyarakat perkotaan.
Qurban Berdayakan Desa juga
makin mempererat Budaya silaturahmi serta meningkatkan semangat berbagi di
desa. Melalui Qurban Berdayakan Desa, semakin tumbuh rasa ingin saling membantu
di antara masyarakat desa. Jika itu terlaksana maka tidak ada lagi sekat antar
berbagai golongan dan lapisan masyarakat.
Dengan berqurban maka
peningkatan kualitas ekonomi, pendidikan, kesehatan, budaya akan
terwujud secara alamiah, dan yang terpenting, keikhlasan sohibul qurban lebih
terasa, sebab yang menikmati daging qurbannya adalah mereka-mereka yang tidak
rutin mengonsumsi daging. Wallahu A’lam!
Dimuat Tribun Timur, 10 Agustus 2019M/9 Dzulhijjah 1440H
Comments