Refleksi Kesyukuran Pesantren Darul Huffadh Ke-42
Oleh: Dr. Ilham Kadir, MA.*
Perhelatan Resepsi Kesyukuran yang Ke-42 Tahun Dari Penamatan
Wisuda Santri/Wati Pondok Pesantren Darul Huffadh Tuju-Tuju Kajuara Bone,
Sulawesi Selatan. Senin, 7 Agustus 2017 berlangsung dengan penuh hikmat.
Para satri, dan wali santri berdatangan dari segenap penjuru
Indonesia.
Demikian pula para alumninya, mereka jauh-jauh datang ke Tuju-Tuju
dengan tujuan sama, juga para undangan dari berbagai pihak, termasuk Bapak
Bupati Bone, Fashar Padjalani dan rombongan turut menyaksikan Kesyukuran Pondok
ke-42.
Wadah Kesyukuran ini sekaligus menjadi ajang reuni dan
silaturrahmi para alumni Pondok setiap tahunnya, lintas generasi.
Sekadar menarik ke belakang, Pond ok Pesantren Darul Huffadh
adalah dulu bernama Majelisul Qurra' Wal-Huffazh, didirikan pada tanggal 7
Agustus, Jam 07y:00, dengan 7 santri di Tuju-Tuju. Tuju-Tuju hanyalah nama
sebuah dusun di Desa Tarasu, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone.
Pendiri pesantren ini adalah Anregurutta Haji Lanre Said, alumni
Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Sengkang yang didirikan oleh Syekh Muhammad
As'ad Al-Bugisi (1907-1952), seorang ulama besar dan kharismatik alumni
Haramain.
Dari didikan Al-Bugisi lahirlah ulama-ulama besar yang menjadi
tokoh kunci penyebaran dakwah dan penguatan kualitas pendidikan dan keagamaan
di Sulawesi Selatan. Tujuh di antaranya sangat berpengaruh pada paruh akhir
abad ke-20 dan paruh awal abad ke-21, mereka adalah: Gurutta Ambo Dalle,
Gurutta Daud Ismail, Gurutta Muin Yusuf. Gurutta Yunus Maratan, Gurutta Marzuki
Hasan, Gurutta Lanre Said, dan Gurutta Hamzah Manguluang.
Semua ulama di atas, termasuk Lanre Said memiliki tujuan
pendidikan yang seragam yaitu untuk menjaga dan mengajarkan ajaran Ahlussunnah
Wal-Jamaah dari sisi Aqidah.
Pondok Pesantren Darul Huffadh memiliki dua program inti, yaitu
hafal al-Qur'an dan Kulliatul Mu'allim Al-Islamiyah (KMI). Kedua bentuk program
pendidikan di atas merujuk pada dua lembaga pendidikan paling berpengaruh di
Indonesia dan Sulawesi Selatan.
KMI adalah program yang diadaptasi dari Pondok Modern Gontor
Ponorogo, dan sistem hafalan merujuk pada Majelisul Qurra' Wal-Huffadh yang
didirikan oleh Al-Bugisi dan Al-Afifi (wafat-1950) di Sengkang.
Kedua program di atas, Tahfidz dan KMI tetap jalan di Pondok
Pesantren Darul Huffadh Tuju-Tuju. Khusus program KMI, tahun ini adalah
penamatan yang ke-11. Alumni perdana KMI keluar pada tahun 1996 dengan tiga
alumni, masing-masing Muhammad Hatta dari Sumbawa, Sultan Hadi dari Jambi, dan
saya sendiri dari Bonto Cani, Bone.
Kesyukuran khataman al-Qur'an kali ini berhasil meloloskan 140
wisudawan, dengan rincian lelaki 95 orang dan perempuan 45. Sedangkan penamatan
KMI berjumlah 80 alumni, dengan rincian lelaki 46 dan perempuan 34 orang.
Ada yang unik dari pondok pesantren yang kita bahas ini. Apa
itu? Bahwa para santri tidak dipungut bayaran apa pun. Baik uang masuk, uang
bulanan, uang makan, pembangunan, hingga SPP. Semua pembiayaan ditanggung oleh
pimpinan. Cara ini berlangsung sejak pondok berdiri 42 tahun lalu.
Saat ini, Pondok Pesantren Darul Huffadh sudah dipegang oleh
generasi kedua sejak wafatnya Gurutta Lanre Said pada tanggal 24 Mei 2005.
Seperti biasa, generasi pelanjut adalah anak dari pendiri, yang saya maksud
adalah Ustad Saad Said.
Tentu ini sebuah prestasi yang harus diapresiasi, sebab tidak
mudah meneruskan program-program pendidikan dengan merujuk pada teori Sang
Pendiri, mengasuh dan mendidik para santri dengan pembiayaan ditanggung dan
diusahakan oleh pimpinan.
Hari ini menjadi bukti nyata bahwa Pondok Pesantren Darul
Huffadh tetap eksis dan berkontribusi membangun bangsa dengan mencerdaskan
generasi pelanjut.
Bagi pemerintah setempat, khususnya Kabupaten Bone, dan atau
Provinsi Sulawesi Selatan agar memberikan perhatian khusus kepada Pondok
Pesantren Darul Huffadh, demi melahirkan generasi yang lebih berkualitas.
***
Dalam acara Kesyukuran ke-42 tahun ini, Pimpinan Pondok
Pesantren Darul Huffadh dalam ceramahnya mengatakan, Saat ini kita kembali
telah mengantarkan anak-anak kita kepada penyelesaian pendidikan, khususnya
al-Qur'an.
Ada pesan dari Pendiri Pondok ini [Lanre Said], adalah bahwa
jika berbicara masalah al-Qur'an pasti lawannya adalah setan. Sebab santri akan
menjadi piala oleh para setan. Mereka akan jadi rebutan. Karena itu, kita di
sini berperang dengan setan. Maka, kalau ada anak Bapak dan Ibu yang keluar
dari pesantren ini sebelum waktunya, atau sebelum khatam maka itu adalah jatah
setan, kata alumni Pondok Modern Gontor ini.
Ustad Saad Said juga menceritakan urgensi acara Kesyukuran dan
penamatan, katanya, "Saya masih ingat pada Bulan Februari tahun 2005,
tatkala dipanggil oleh Pimpinan, saat itu ia katakan, Nanti setelah saya tiada
sekalipun adakan Kesyukuran, kalau tidak mampu mengundang tamu seperti ketika
saya masih hidup, maka cukup undang santri dan walinya, kalau tidak mampu juga
maka cukup hadirkan para santri, agar mereka tau sejarah berdirinya pondok
ini."
Kiai Saad melanjutkan, Pondok ini akan terus terbuka untuk siapa
pun, maka kami mengundang siapa pun, kami ingin membuktikan pada siapa pun
bahwa Pondok terbuka oleh siapa saja, menerima masukan dan kritikan. Karena
gerakan kami adalah murni dalam bidang pendidikan, tidak ada afiliasi politik
atau kepentingan dumiawi.
Pondok Pesantren Darul Huffadh saat ini telah menjadi salah satu
lembaga pendidikan yang konsen melayani ummat dalam meningkatkan sumber daya,
khususnya dalam bidang hafalan al-Qur'an dan penguatan ilmu-ilmu alat maupun
kajian keislaman.
Tuju-Tuju, 7 Agustus 2017.
Alumni Perdana KMI Darul Huffadh; Penulis Disertasi "Konsep
Pendidikan Kader Ulama Anregurutta Muhammad As'ad Al-Bugisi [1907-1952]".
--------------000--------------
Comments