Kisah Tentang Bayi Ajaib
Oleh: Dr. Ilham Kadir, MA. Peneliti MIUMI Pusat; Pimpinan Baznas
Enrekang.
Sampai detik ini sebuah peristiwa yang menggemparkan Enrekang
masih terus jadi perbincangan, mulai dari sudut-sudut pasar, lapak-lapak ronda,
meja warkop hingga kantor Bupati. Peristiwa dimaksud adalah lahirnya bayi ajaib
dari rahim Utje Ramadani (19). Konon sang bayi ketika dilahirkan tidak menangis
tapi justru mengucap salam, "Assalamualaikum" pada orang-orang yang
ada di sekitarnya. Yang lebih ajaib lagi, sang ibu hanya mengandung selama tiga
jam sebelum akhirnya melahirkan, ia juga menyangkal pernah melakukan kontak
kelamin karena memang belum menikah.
Tentu saja cerita di atas jadi heboh dalam hitungan jam. Para
awak media pun tertarik meliput, orang-orang silih berganti berdatangan
menyaksikan bayi dan ibunya. Karena begitu besarnya animo masyarakat untuk tahu
persoalan ini sehingga pemerintah turun tangan, baik dari pihak keamanan dari
satuan intel dan kepolisian, maupun dari Dinas Kesehatan yang memeriksa dan
mendiagnosis sang bayi dan ibunya. Hasilnya, bertolak belakang dari berita
serampangan yang berasal dari keluarga Utje Ramadani. Menurut Tim Medis dari
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Enrekang, sang bayi hidup dan lahir normal
sebagaimana umumnya, jika ada keinginan ia menangis bukan berbicara, dan ibunya
mengandung normal seperti wanita lain, ada bukti-bukti fisik yang mendukung,
seperti garis-garis lipatan pada kulit perut, air susu, dan sebagainya yang
pada dasarnya menegaskan bahwa tanda-tanda itu ada jika seorang wanita hamil
normal.
Cerita bayi ajaib yang lahir di tanah Massenrempulu tersebut juga
menjadi masalah buat saya secara pribadi, sebab saban hari para jamah masjid
dan awak media tidak pernah berhenti bertanya, Apakah benar ada bayi yang
langsung bicara ketika baru dilahirkan, dan hanya dikandung tiga jam? Dan
bagaimana agama memandang hal itu, apakah dibenarkan?
***
Dalam sejarah perjalanan umat manusia memang pernah ada bayi
ajaib, sebagaimana yang termaktub dalam sebuah Hadis diriwayatkan oleh Imam
Bukhari (1432) bersumber dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, Hanya ada
tiga bayi yang diberi kemampuan berbicara ketika masih dalam buaian ibunya,
yang pertama adalah Nabi Isa, sedangkan yang kedua yaitu terkait kisah seorang
laki-laki dari Bani Israil yang bernama Juraij. Ketika dia sedang shalat,
ibunya memanggil namanya. Juraij bingung apakah harus membatalkan shalatnya
atau menjawab panggilan ibunya, akhirnya ia melanjutkan shalatnya. Ibunya
berkata, Ya Allah, jangan engkau matikan dia sebelum memperlihatkan wajah
pelacur. Juraij yang selalu melaksanakan ibadah di tempat ibadahnya, suatu
ketika datanglah seorang wanita pelacur yang mengajaknya berzina, tapi Juraij
tetap teguh menolak si pelacur. Maka pelacur itu datang menyerahkan dirinya
kepada seorang pengembala lalu berzina. Setelah hamil, mengandung, dan
melahirkan, pezina itu datang dan mengaku pada orang ramai bahwa bayi itu hasil
hubungannya dengan Juraij. Masyarakat datang menghakimi Juraij, mencela, dan
menghancurkan tempat ibadahnya. Juraij hanya pasrah, lalu berwudhu dan
mendirikan shalat. Setelah itu, ia mendatangi bayi itu dan bertanya, Wahai sang
bayi, siapakah ayahmu? Serta merta bayi itu menjawab, Ayahku adalah seorang
pengembala. Orang-orang lalu berkata, Kami akan bangunkan kembali tempat
ibadahmu dengan emas. Tapi Juraij menolak, Tidak perlu, cukup dari tanah, jawabnya.
Bayi yang ketiga juga dari Bani Israil, seorang ibu yang sedang menyusui
bayinya lalu lewatlah seorang lelaki yang mengendarai tunggangannya, lelaki itu
sangat tampan dan gagah. Ibu bayi itu berdoa, Jadikanlah anakku seperti dia.
Tiba-tiba sang bayi melepaskan teteknya dan berkata, Ya Allah jangan jadikan
aku seperti dia. Lalu dia kembali menyusu. Tidak lama kemudian lewatlah budak
perempuan, ibu si bayi berdoa, Ya Allah jangan engkau jadikan anakku seperti
dia. Bayi itu kembali melepaskan mulutnya lalu berkata, Ya Allah jadikan aku
seperti dia. Ibunya heran dan bertanya, Mengapa engkau berkata demikian? Sang
bayi menjawab, Yang gagah dan menunggang kuda tadi adalah penguasa zalim,
sedangkan budak tadi adalah wanita suci yang dituduh mencuri dan berzina
padahal dia tidak melakukannya.
Sebenarnya hadis di atas masih ditakhsish atau diperlebar secara
khusus dengan kisah-kisah bayi ajaib yang mampu berbicara lainnya. Ada bayi
yang berbicara dalam kisah Masyithah atau tukang sisir istana Fir'aun, saat itu
semua orang yang percaya bahwa ada Tuhan yang lebih berkuasa selain Fir'aun
akan direbus di air mendidih. Nah, ketika terjadi tragedi 'perebusan' pada
setiap yang mengingkari ketuhanan Fir'aun dan mengakui keesaan Allah direbus
satu persatu, hingga seorang ibu ragu masuk dalam tungku yang menggelegak
disebabkan rasa iba terhadap bayinya yang ia buai. Tapi sang bayi menolak
keraguan ibunya dengan memerintahkan agar sang ibu lebih baik memilih direbus
karena mempertahankan akidah. Ada lagi kisah lain yang serupa. Terkait
"Ashabul-Uhdud" dalam Al-Qur'an "Surah Al-Buruj[85]: 4".
Kala itu, seorang raja zalim, mengeksekusi semua rakyatnya yang tidak mengakui
akan ketuhanan dirinya. Caranya, ia membuat parit lalu menyalakan api unggun.
Setiap orang yang ingkar akan ketuhanan dirinya dilempar ke dalam parit penuh
nyala api itu. Hingga seorang ibu menggendong bayinya terlihat ragu.
Keraguannya bukan karena meragukan keesaan Allah, melainkan karena rasa iba
terhadap bayinya yang masih merah. Sang bayi tetiba berbicara, meminta agar
ibunya tidak ragu untuk masuk dalam parit penuh nyala api, demi mempertahankan
akidah.
Dalam Al-Qur'an juga mengutip kata-kata bayi ajaib, baik dari
kisah Nabi Isa, maupun dari Nabi Yusuf. Terkait Nabi Isa, saat ia dikandung
oleh Siti Maryam, lalu dilahirkan, maka timbul berbagai asumsi. Secara umum
masyarakat Bani Israil menuduhnya sebagai wanita yang telah berbuat sesuatu
yang munkar (zina). Maka Nabi Isa yang masih dalam buaian itu angkat bicara,
katanya, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil)
dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan
Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". (QS. Maryam[19]: 30-33).
Bayi ajaib lainnya yang disebut kata-katanya dalam Al-Qur'an
adalah seorang saksi dari keluarga menteri yang membesarkan Nabi Yusuf. Saksi
dimaksud adalah anak dari bibi Zulaikha yang sedang dalam ayunan. Perselisihan
bermula ketika Zulaikha yang merupakan salah seorang istri menteri di zaman
Fir'aun, Al-Aziz, bermaksud mengajak Yusuf untuk berzina, tetap Yusuf menolak
dan berlari dari kamar keluar rumah. Ketika berada depan pintu, Al-Aziz pun
tiba, Zulaikha langsung menuding Yusuf yang memaksanya, namun Yusuf menolak.
Saat itulah bayi ajaib yang jadi saksi angkat bicara, katanya begini,
"Jika baju gamis Yusuf koyak di muka, maka wanita itu benar
dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di
belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang
benar. Maka tatkala suami wanita itu [Al-Aziz] melihat baju gamis Yusuf koyak
di belakang berkatalah Al-Aziz sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu
daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar". (QS. Yusuf[12]:28).
Jika dikaji secara cermat bayi-bayi ajaib yang pernah ada
semuanya bersumber dari cerita Bani Israil, karena itu Imam Bukhari meletakkan
dalam bab "Ma Dzukira 'an Bani Israil". Artinya tidak pernah ada bayi
ajaib dengan mampu berbicara dari umat Nabi Muhammad.
Kecuali itu, setiap bayi ajaib dalam sejarahnya semua terlahir
dengan normal, termasuk Nabi Isa, ia dikandung selama sembilan bulan oleh
Ibunya, Maryam 'alaihassalam, bukan tiga jam. Dan paling terpenting bahwa
setiap bayi ajaib datang membawa kebenaran. Ketika Maryam dituduh oleh kaumnya
telah melakukan perbuatan munkar (zina) sebab melahirkan bayi tanpa suami. Maka
bayi itu menyangkal tuduhan keji. Nabi Isa yang baru lahir itu berbicara,
Sesungguhnya aku ini hamba Allah, dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan menjadikan
aku seorang nabi, (QS. Maryam [19]:31). Demikian pula kisah Juraij di atas,
sang bayi datang membawa kebenaran bahwa tuduhan masyarakat dan si pelacur itu
tidak benar. Atau kisah ketiga, sang bayi yang sedang menyusu menyangkal
persepsi ibunya yang terlena dengan penampilan dua tipe orang. Bayi itu
berbicara demi meluruskan persepsi ibunya yang keliru.
Sebagai kesimpulan, setiap bayi ajaib yang pernah hadir pasti
datang membawa kebenaran menyelesaikan masalah yang terkait dengan perzinahan,
atau meluruskan kesalahan persepsi yang bisa berakibat fatal. Bukan justru
datang membawa masalah, menarik orang ramai agar saling berselisih paham,
bantah-bantahan, dan paling bahaya karena telah mengarah pada takhayul dan
khurafat yang merupakan awal dari petaka akidah. Jangan ada yang percaya kalau
ada bayi ajaib di Enrekang, hanya cerita yang dibuat-buat ajaib sebagai
kamuflase untuk menutup aib. Wallahu A'lam!
Enrekang, 14 Juli 2017
Dimuat
Harian Fajar, 17 Juli 2017.
Comments