Dakwah Dialogis Zakir Naik
Ilham
Kadir: Peneliti MIUMI; Sekretaris Pemuda KPPSI Pusat.
Terlahir
dengan nama lengkap Zakir Abdul Karim Naik pada tanggal 31 Maret 1965 di kota
Mumbai, India. Jika dilihat dari riwayat pendidikan beliau tidak pernah
mengenyam pendidikan formal dari sekolah khusus yang mengajarkan ilmu-ilmu
agama (islamologi).
Zakir
Naik, demikian sapaan populernya duduk pada bangku sekolah menengah di St.
Peter's High School (ICSE), lalu melanjutkan di perguruan tinggi Kishinchand
Challaram College; University of Mumbai dengan gelar Bachelor of Medicine and
Surgery (MBBS) atau sarjana kedokteran dan bedah. Ia pernah bekerja sebagai
dokter di kota kelahirannya, namun pada tahun 1991 berubah haluan mengabdikan
dirinya sebagai dai secara total (full time).
Sejak
31 Maret bulan lalu, dai fenomenal itu ada di Indonesia hingga
pertengahan April 2017, melakukan serangkaian tour di berbagai kota-kota
besar, memberikan kuliah umum di berbagai universitas termasuk di Unhas
Makassar pada tanggal 10 April 2017, di depan para ulama, intelektual, ilmuwan,
akademisi, hingga mahasiswa dan masyarakat umum.
Menariknya,
animo masyarakat untuk menyaksikan dan mendengar langsung dakwahnya sangat
tinggi, hingga panitia selalu kewalahan menyediakan ruang bagi para hadirin.
Karena yang mendaftar datang dari latar belakang agama apapun, termasuk yang
ateis dan liberal, maka secara umum, peserta non-Islam lebih didahulukan dengan
harapan, lewat metode dakwah Zakir Naik, wasilah hidayah dapat menghampiri
mereka.
Di
Makassar, panitia pelaksana menargetkan sedikitnya 400 peserta non muslim yang
diundang khusus dari segenap penjuru Indonesia, bahkan ada yang dari Singapura.
Melihat fenomena ini, maka para penggiat dakwah di Indonesia seharusnya banyak
mengambil pelajaran dari metode dakwah Zakir Naik.
***
Dalam
acara kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada 3 April
2017, seorang mahasiswi beragama Kristen memaparkan keadaannya, bahwa dirinya
hingga saat ini masih berindentitas Kristen tapi sudah belajar Islam bahkan
mengenakan busana muslimah dengan alasan bahwa menutup aurat akan memuliakan
dirinya dan terjaga dari hal-hal yang buruk. "Tapi saya belum mau mengucapkan
kalimat syahadat sebab jika itu saya lakukan konsekuensinya, saya harus
melaksanakan segala bentuk ajaran Islam yang sebagian saya lihat sangat
sulit," kata wanita itu.
Zakir
Naik bertanya, Apakah Anda percaya bahwa Tuhan itu Esa dan Muhammad Adalah utusan
Allah? "Iya, saya sangat percaya," jawab sang mahasiswi. Kalau begitu
secara substansi Anda sudah muslimah, maukah Anda mengakui keislaman Anda
dengan mengucapkannya secara bahasa Arab? Yang dimaksud Zakir Naik adakah
syahadat, karena itu, wanita tersebut menolak, dengan alasan ia hanya ingin
bersyahadat jika disaksikan oleh kedua orang tuanya. Zakir Naik menjawab, Tidak
mengapa, Anda bisa bersyahadat kapan pun dan di mana pun. Sekarang bersyahadat
di depan saya, dan besok atau lusa bersyahadat di depan orang tua. Mari ikuti
saya, Asyhahadu an-laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa
rasuluhu. Aku bersaksi, tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ajakan Zakir Naik pin diikuti dengan lancar
oleh wanita itu.
Serupa
tapi tidak sama, di Bandung (2/4/2017), seorang wanita bernama Sofie menanyakan
kepada Zakir Naik terkait kondisi Pilgub Jakarta 2017, yaitu seorang petahana,
Ahok yang beragama Kristen tapi memiliki kepedulian terhadap umat Islam yang
mungkin saja lebih tinggi secara kasat mata dengan pemimpin muslim sendiri. Ia
terbukti menghaji dan mengumrah-kan banyak warga Jakarta, membangun masjid,
tidak terbukti korupsi, dan segudang kabaikan lainnya. Apakah tidak boleh
memilih dia hanya karena bukan Islam sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur'an?
Zakir
Naik cukup memberikan jawaban yang ringkas dan padat, tapi dapat dipahami oleh
para peserta dengan mudah. Katanya, Itulah Perintah Allah, dan Perintah ini
bukan ditujukan untuk non-muslim, jadi yang bukan muslim tidak diwajibkan
mengikuti perintah ini. Namun perintah ini ditujukan kepada Muslim yang percaya
kepada Al-Quran. "Apakah saudari percaya kepada Al-Quran?" Sofie ragu
untuk menjawab pertanyaan Zakir Naik tersebut.
Jika
saudari tidak percaya dengan kebenaran Al-Quran maka perintah tersebut bukan
untuk Anda. Dan Anda sudah menanyakan sesuatu yang kebenaran jawabannya tidak
mungkin Anda yakini. Menurut dai yang datang ke Indonesia dengan biaya pribadi
ini, bahwa sebaik apapun orang tersebut untuk dijadikan pemimpin, Jika tidak
sesuai dengan perintah Al-Quran, maka kita sebagai seorang muslim yang taat,
akan meninggalkannya.
"Dan
saya tahu di Indonesia banyak orang mempunyai nama Islam di KTP namun
berkelakuan tidak islami. Perintah di Surat Al-Maidah 51 ditujukan
kepada Umat Muslim yang betul-betul berkelakuan Islam", imbuhnya.
kepada Umat Muslim yang betul-betul berkelakuan Islam", imbuhnya.
***
Inilah
yang membedakan dengan metode dakwah pada umumnya bagi dai di Indonesia. Masih
banyak yang panguasaan materinya sangat terbatas. Tidak hanya alergi dialog
tetapi takut didebat karena merasa harga dirinya anjlok. Padahal, dialogis
dan
debat adalah metode dakwah yang diperintahkan langsung oleh Allah dan diamalkan
oleh Nabi, para sahabat, ulama, para dai dari masa ke masa seperti juga yang
diaplikasikan oleh Zakir Naik.
Metode
ini pula yang disitir oleh Allah dalam Al-Qur'an, Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan berdialoglah dengan
mereka dengan cara yang baik. (QS. An-Nahl[16]:125).
Memang,
hanya orang-orang pilihan yang memiliki kemampuan penguasaan materi dakwah
seperti Zakir Naik, beliau mampu menghafal seluruh isi Al-Qur'an beserta surat
dan ayatnya, hafal Kitab Shahih Bukhari-Muslim, Kitab Injil, Weda, Tripitaka
dan sebagainya. Dalam satu abad, Allah hanya mengutus satu atau dua orang
seperti dirinya. Tetapi dalam menggunakan metode dakwah dialogis seperti
dicontohkan Zakir Naik sangat dibutuhkan dalam konteks kekinian dan akan
datang. Kecuali itu, di Indonesia sering kita dengar ada golongan yang sibuk
mengkafirkan sesama muslim, beda dengan Zakir Naik yang justru berjihad untuk
mengislamkan orang kafir. Wallahu A'lam!
Comments