Adian Husaini Didoakan Jadi Presiden
Sisi lain yang cukup menarik dalam Majlis Akhir
Tahun yang diadakan INSISTS hari Sabtu pukul 10-12 tanggal 31 Desember 2016 di
Aula INSISTS, Jl. Kalibata Utara II, No. 84 Jakarta dengan menampilkan Dr. Adian Husaini sebagai pembicara dengan tema
“Agenda Peradaban Umat Islam 2017” adalah kesiapan pemateri untuk menjadi
presiden Republik Indonesia.
Tidak main-main, ia bahkan sudah punya program
unggulan, “Kalau saya jadi presiden maka program utama dan pertama saya adalah
menyelamatkan rakyat dari api neraka”, paparnya dengan nada serius di depan
para peserta diskusi yang datang dari Sumatera hingga Sulawesi.
Selain itu, Adian Husaini juga memaparkan
program khusus bagi para perempuan yang jumlah hak pilihnya lebih banyak dari
laki-laki. “Program saya bagi para perempuan adalah menjadikan mereka sebagai
sentral pemberdayaan keluarga”. Dalam menjabarkan pemberdayaan keluarga
dimaksud adalah, memberikan santunan bagi ibu hamil, menyusui, hingga anak
berusia 18 tahun. Para ibu akan dididik dengan baik dan benar untuk dapat
mendidik para anak-anaknya, dan mereka akan digaji oleh negara untuk itu.
Ia lalu menegaskan bahwa program ini sudah
berjalan di Jerman, “Di sana itu, ibu hamil, menyusui, dan para anak-anak yang
lahir hingga usia18 tahun dibiayai oleh pemerintah, maka ini harus menjadi
program pemerintah ke depan”. Program pemerintah Jerman tersebut diamini oleh
Dr. Syamsuddin Arif yang lama berdomisili di sana, menurutnya setiap anak yang
lahir hingga umur 18 tahun akan dibiayai oleh negara sebesar 160 euro.
Karena pemilihan presiden masih dua tahun lebih
lagi, maka Adian Husaini tetap berharap agar Presiden Jokowi tahun 2017 bersama
umat Islam membangun peradaban. Dan itu tidak sulit, “Dimulai dengan mengajak
masyarakat Indonesia menunaikan salat tahajjud, ke masjid berjamaah, terutama
salat Subuh, rajin membaca al-Qur’an, diiringi dengan salat Dhuha, maka dari
sinilah akan muncul energi umat sekaligus menjadi jalan utama membangun peradaban,” tegas calon Presiden ke-8 itu.
Para peserta diskusi yang merupakan kalangan
terpelajar, mulai dari mahasiswa, akademisi, peneliti, hingga pegawai swasta
dan pemerintah sepakat mendoakan Dr. Adian Husaini sebagai calon Presdien ke-8
Indonesia.
Sebagai penutup, Pak Adian, demikian sapaan akrabnya menegaskan bahwa,
dalam keadaan bagaimana pun kita harus berdakwah, menyebarkan kebaikan dan
manfaat bagi manusia. Mari kita mencontohi M. Natsir, ketika ada peluang
berpolitik maka ia akan menjadikan politik sebagai jalan dakwah, ketika pintu
masuk politik ditutup, maka ia tidak kehabisan panggung dalam berdakwah, bahkan
ia mendirikan panggung baru.
Mengutip perkataan M. Natsir pada tahun 1967 ketika tidak dibolehkan lagi berpolitik praktis. Katanya, Kita dulu berdakwah dengan
politik, sekarang kita berpolitik dengan berdakwah. (Ilham-Jakart, 31/12/2016).
Comments