Metode Jimak Menurut Ilmu Assikalaibineng
Di dunia ini, banyak bangsa yang telah memiliki peradaban tinggi,
termasuk kebudayaan pastinya. Di antara bangsa-bangsa tersebut ada yang merekam
kebudayaan seks mereka dalam bentuk oral maupun manuskrip. India dengan kamasutra-nya
sebuah kitab fantastik karya Vatsyayana, kitab yang menyajikan wawasan seksualitas
bagi manusia sebagai jalan hidup untuk mencapai moksa. Bangsa Romawi
juga memiliki literatur bernama Ars Amatoria -the arts of love-, karya
Publius Naso.
Di Indonesia, setidaknya ada dua suku yang memiliki kitab serupa
di atas, suku Jawa dengan Serat Nitimani, merupakan jenis dari sastra
Wulang yang membahas tentang pendidikan seks Jawa sebagai tuntunan hidup pria
yang akan berumah tangga. Kalangan masyarakat Bugis, termasuk suku yang
berbudaya karena banyak menulis dan membukan ragam ilmu pada masa silam, salah
satunya yang dikenal dalam lontara adalah kitab Assikalaibineng. Inilah
salahsatu keuntungan bagi suku yang memiliki aksara sebagai media untuk
mengabadikan pengetauan dan peristiwa masa lampaunya, keberadaan aksara ini
telah melahirkan maha karya seperti I La Galigo yang menjadi karya
sastra klasik terpanjang di dunia, belum dan tidak ada duanya. Keberadaan kitab
Assikalaibineng yang mengajarkan masalah hubungan seksual menunjukkan
bahwa pengetauan tersebut menjadi salahsatu bagian penting dalam masyarakat Bugis.
Assikalaibineng adalah
bentukan dua kata dasar yaitu kata lai ‘laki-laki’ dan kata bine
atau baine ‘perempuan’. Dua kata dasar ini adalah kata sifat kemudian
membentuk kata majemuk yaitu “laibine”. Kata majemuk ini kemudian mendapat
imbuhan berupa awalan rangkap “a+si+ka” serta akhiran ng yang berfungsi
membentuk status kata dasar sifat jenis kelamin berubah menjadi kata Assikalaibineng
yang berarti “hal ihwal hubungan suami istri –hubungn seksual-”. Assikalaibineng
secara semantik diartikan sebagai pengetauan yang membicarakan tentang hubungan
ke-suami-istri-an.
***
Ilmu Assikalaibineng berkata, Perlakukanlah wanita dengan
sebaik-baiknya, jangan egois, selalulah mengedepankan kerja sama antara kedua
belah pihak... ada fase yang harus diketahui dalam melakukan hubungan intim yaitu,
pembukaan foreplay, kontak kelamin koitus, dan penyelesaian…
seorang suami tidak boleh egois dalam melakukan hubungan intim, tahap pertama
haruslah benar-benar dilalui agar dapat mengondisikan emosi seksual sang istri
untuk siap melakukan senggama. Dan hal yang tidak bisa diabaikan adalah
kesiapan istri dari segi mental, harus siap secara mental dan fisik untuk
malakukan, dan tidak merasa terpaksa atau hanya sekadar melayani suami. Di
sinilah pentingnya muqaddimah karena secara biologis organ-organ seksual
istri senantiasa harus dikondisikan agar siap menerima penetrasi penis suami…
… juga harus paham bagaimana dan dari mana harus memulai,
setidaknya ada dua belas titik-titik peka pada tubuh wanita, erogen
–daerah pada tubuh wanita yang sangat sensitive terhadap rangsangan seksual. Dari
titik-titik inilah seorang suami memulai aksinya, kedua belas yang dimaksud
adalah ubun-ubun, telinga, perantara kening, mata, pipi, hidung, dagu, pangkal
leher, tengkuk, telapak tangan, buah dada, dan pusar… tapi ingat! seluruh
titik-titik erogen di atas ada yang menjadi dominan, artinya mungkin
satu saja di antara kedua belas itu sudah mewakili semuanya, titik inti
tersebut berganti-ganti sesuai kondisi dan waktunya atau juga masih terdapat
pada titik lain tidak semata bertumpu kedua belas titik di atas… ubun-ubun pada
malam Jumat, kepala pada malam Sabtu, mata pada malam Ahad, perantara alis pada
malam Senin, hidung pada malam Selasa, buah dada pada malam Rabu, dan ulu hati
pada malam Kamis…
“Tahap selanjutnya adalah tahap inti, tahap yang merupakan
peristiwa terjadinya kontak atau penetrasi penis memasuki pintu faraj. Tahap
yang merupakan rangakaian lanjut dari tahap cumbu rayu. Ketika perangsangan
dilakukan, serta merta kondisi fisik dan psikis tubuh dan persaan istri
menunjukkan tanda-tanda siap melakukan senggama, kesiapan istri bersetubuh ditandai
dengan mekarnya pintu kemaluannya, juga disertai keluarnya cairan yang
berfungsi sebagai pelumas. Jika cairan tersebut sudah muncul maka hendaklah
dengan segera seorang suami melakukan aksinya, namun jika belum, maka
bersabarlah dan jangan tergesa-gesa. Agar istri tidak merasa dipaksa
bersenggama. Pengetauan akan hal itu sangat penting, terutama jika dilakukan
untuk pertama kalinya…”
”… setidaknya ada teknik khusus ketika bersenggama dengan istri
agar menghasilkan sensasi kenikmatan yang paripurna, rumus utamanya adalah
seorang suami harus paham di mana terletak pintu faraj istrinya: pintu
kanang, cara menyentuhnya adalah suami menekuk kaki kanannya, sedang istri
meluruskan kaki kanan; pintu kiri, cara menyentuhnya ialah suami menekuk
kaki kirinya dan meluruskan kaki kanang istrinya; pintu atas, cara
menyentuhnya adalah mengganjal
atau menopang panggul istri setinggi empat jari; pintu bawah, cara
menyentuhnya dengan mempertemukan pusar kedua pihak dengan meluruskan kaki… ada
pun laki-laki ia memiliki tiga inti organ seksual, yaitu mulut, tangan, dan
zakar. Ketiga organ tersebut harus dioptimalkan sebaik mungkin. Tangan, jika
salahsatunya menggesek-gesek klitoris maka tangan lainnya memainkan buah dada atau
puting susu. Ada pun mulut mengisap dan mengulum mulut dan lidah istri. Sementara
zakar masuk dalam faraj sambil bergerak masuk-keluar. Aktivitas seksual
menggunakan ketiganya baik dalam posisi duduk, baring, atau pun tubuh saling
merapat… kombinasi gerakan tiga organ seks seorang suami mulai pada posisi
berbaring kemudian bangkit mendudukkan istri tanpa melepas kemaluan dari liang
faraj, teknik ini dianggap gaya sangat istimewa dan memberikan jaminan akan
efek sensai yang ditimbulkan… ”
“Tahap akhir adalah orgasme atau klimaks, ditandai dengan lepasnya
air mani menjadi sinyal bahwa suami telah mencapai puncak kenikmatan dalam
persetubuhan. Namun tidak boleh aktivitas sex hanya sampai di situ, haruslah kita
sebagai suami menunjukkan kalau kita tidak egois, dan di sinilah saatnya.
Jangan langsung tidur atau beranjak meninggalkan istri… berikan ia perlakuan
khusus sebagai bentuk perawatan agar tetap awet muda dan beragam manfaat
lainnya. Karena secara psikologis ia dapat memberi rasa bahagia pada istri
karena menganggap suaminya tidak merasa bosan dan tidak mencampakkannya, meski
ia telah menyalurkan hasrat seksualnya. Perlakukanlah istrimu dengan tanpa ada
perbedaan mulai dari pertama hendak bersenggama hingga selesai, termasuk pasca
klimaks…”
“… Untuk awet muda, hendaklah minum air yang manis seusai melakukan
senggama, istri juga demikian. Ambillah air mani dengan menggunakan telapak tangan
dan jangan tersentuh oleh kuku dari sisa-sisa senggama yang melekat di penis, kemudian
usapkan ke bagian tertentu pada tubuh. Juga demikian halnya untuk istri,
ambillah sisa-sisa air mani yang menempel pada kemaluannya kemudian usapkan
pada bagian-bagian tertentu, fungsi utamanya juga adalah untuk awet muda, jika
hamil maka ia tidak mengidam, dan agar mukanya selalu terlihat berseri-seri…”
Selain itu, waktu untuk melakukan senggama sebaiknya diatur dan
disesuaikan dengan kondisi pasangan, bahkan lebih daripada itu, waktu juga bisa
berdampak pada anak yang dihasilkan, pada umumnya jika suami
mengajak istrinya melakukan hubungan di saat menjelang tidur, maka pasangannya
merasa dimuliakan, dan diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Namun jika
melakukan hubungan di saat istri sedang tertidur maka ia akan merasa dianggap
sebagai budak seks dan hanya sebagai pemuas nafsu belaka. Selain itu anak yang
dihasilkan kelak jika bersenggama pada awal malam adalah kemungkinan akan
berkulit putih, jika tengah malam maka akan berwarna gelap pula, jika antara
Isya dengan tengah malam maka akan melahirkan anak yang warna kulitnya
kemerah-merahan, namun jika dilakukan tatkala terbit fajar akan menghasilkan
anak yang putih dan berseri-seri. Banyak pilihan, bukan? Sesuai selera
masing-masing.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui bagi seorang
suami adalah, pengetahuan tentang anatomi faraj wanita, karena dengan ilmu itu, seorang
suami dapat membahagiakan istrinya. Anatomi yang dimaksud adalah titik-titik
peka kenikmatan wanita, setidaknya ada empat titik dalam faraj wanita yang
menjadi pusat sumber kenikmatan, dalam Assikalaibineng disebut sebagai
‘simpul-simpul birahi’. Keempat simpul tersebut adalah, bagian tepi ‘pintu
faraj’ di mana terdapat sebuah urat yang ujungnya menyerupai mulut lintah, letaknya
berada di sisi kiri, jika pintu lintah ini tersentuh akan mengakibatkan sensasi
yang menggetarkan tubuh perempuan; pintu mani, yaitu titik dalam klitoris, di
bagian ini terdapat tempat urat yang besarnya menyerupai benang. Jika pintu ini
tersentuh akan mengakibatkan sensasi kenikmatan bagi wanita yang tiada taranya;
pintu faraj yang padanya terdapat urat besarnya menyerupai biji beras. Jika
menyentuh titik peka ini akan mengakibatkan sensasi sebagai sumber atas seluruh
kenikmatan. Ada pun titik terakhir adalah pintu faraj yang terdapat urat kecil
yang bentuknya menyerupai ujung jarum. Jika ini tersentuh akan membuat wanita
seperti melayang ke awan-awan alias lupa diri, sebagai tanda kenikmatan yang
sangat istimewa. Wallahu A’lam!
Ilham Kadir, Budayawan Bugis;
Kolumnis Berbagai Media.
Comments