Semua Tentang Cinta

Dalam hidup ini,
manusia sebagai pegiat cinta terus berpacu dengan waktu untuk meraih cinta,
tersenyum simpul, diharu-biru asmara, terlecut semangat demi meraih hati insan
pujaannya. Bahkan, cinta melintas batas teritorial, menembus cakrawala. Tidak
lekang oleh waktu dan keadaan. Cinta bukan milik anak zaman tertentu yang
muncul hanya di suatu zaman, kemudian hilang di zaman lain. Cinta bukanlah
karya cipta anak manusia tertentu yang berhak mematen dan menguasainya.
Cinta laksana
burung yang terbang lepas di angkasa raya, hinggap di berbagai belahan bumi
sesui instingnya, kapan dan di mana pun ia hendaki. Keluarga cinta adalah
segenap umat manusia keturunan Nabi Adam 'alaihissalam. Sanak kerabatnya adalah
seluruh makhlukk Allah di muka bumi ini.
Dalam altar
kehidupan insani, ada banyak legenda-legenda cinta. Masing-masing bangsa
memiliki cerita cinta yang selalu dikenang dan diagungkan. Akan tetapi, jarang
sekali yang mampu mengais hikmah di balik itu. Di alam realitas ini, banyak
manusia yang bercinta, tetapi hanya segelintir yang mampu memakrifati cinta.
Banyak yang mengklaim paham tentang cinta, namun pengertian mereka tentang
cinta jauh dari makna hakiki cinta.
Bahkan ada yang
memahami cinta dengan sesat dan lebih sempit dengan melakukan perayaan cinta kasih
setiap tanggal 14 Ferbruari yang disebut juga hari Valentine, padahal sejatinya
cinta tidak butuh perayaan, sebab cinta sejati akan selalu wujud kapan dan
dimana pun, ia tidak terkait dengan dimensi ruang dan waktu.
Karena itu, yang
mengurung cinta hanya dengan perayaan sehari saja hanya akan menjadikan wajah
cinta berlumur kegalauan, keresahan, kesedihan, dan linangan air mata, karena
penyesalan atas dosa-dosanya kelak, apalagi jika mereka tidak diikat dengan
tali akad nikah. Padahal cinta sejati pasti melahirkan spirit kehidupan,
menggelorakan cinta kasih, kelembutan, kesantunan, keutamaan, dan nilai-nilai
luhur kehidupan yang bernafaskan keagungan ilahi.
Karena itu, kisah
cinta terindah tidak ditulis, dan tidak pula diperdengarkan oleh siapa pun, tidak
pula dirayakan sebab, para pegiat cinta yang tulus nan jernih masih
menenggelamkan diri mereka dalam samudera cinta. Atau, kisah cinta mereka tidak
mau diabadikan oleh apa dan siapa pun, sebab, cinta mereka adalah cinta sejati
yang bersipat rahasia di atas rahasia. Ini soal hati yang tidak boleh
diinterfensi oleh siapa pun.
Pegiat cinta
sejati, telah menyimpan mustika cinta mereka dalam relung kalbu yang paling
dalam. Tidak sepatah kata pun terucap dari lisan mereka, kisah cinta mereka
tetap tersimpan rapi dalam rak-rak rahasia kehidupan ini.
Kalimat terindah
yang pernah terucap dalam jagad ini pun berhubungan dengan cinta. Lihatlah
ungkapan seorang heroik dari tentara Inggris sebelum berangkat ke medan perang,
katanya, Aku mencintai dirimu. Aku harus mengungkapkan ini kepadamu karena aku
takut tidak akan bersua lagi dengan dirimu. Sang tentara hakikatnya
meninggalkan wasiat, bahwa, Jika aku gugur di medan laga, ingatlah wahai
kekasihku, bahwa diriku selalu mencintai dirimu. Dengar pula apa yang dikatakan
Joe Overbeck, Dunia benar-benar berakhir bagi para pecinta apabila hati nurani
dan perasaan cinta mereka telah mati di dada mereka. Atau kata-kata Cleopatra
setelah Antonio Cesar bunuh diri karena cinta, Hatiku telah dipenuhi rasa
bersalah dan tercabik-cabik, karenanya, tidak ada ruang sedikitpun di hatiku
untuk mewadahi cinta baru.
Tapi wanita
sebagai elemen tak terpisahkan dengan cinta, bukan semuanya sama dengan
Cleopatra, hakikatnya, para wanita, setidaknya menurut Jean Jacques Rosseau,
laksana kucing betina. Jika kau berusaha mendekatinya, ia akan menjauh darimu,
jika kau tinggalkan, dia akan mendekatimu. Dalam konteks budaya Indonesia,
wanita itu jinak-jinak merpati. Karena itu saya tidak setuju apa yang dikatakan
Campbell, bahwa wanita tidak bisa mencintai, kecuali hanya kepada satu orang,
yaitu dirinya sendiri. Atau kata Cohen Howard, Wanita adalah makhluk bernyawa
yang berambut panjang namun pendek pikiran.
Bagaimana pun,
kita harus selalu menjaga cinta, sebab, kata Browning, Jika lepas dunia dan
cinta dari hidup kita, niscaya kuburan akan bergolak. Solusinya, cinta selalu
dipupuk, wanita sebagai elemen terpenting harus disediakan singgasana, coba
dengarkan pribahasa India, Gelap gulita malam adalah kerajaan burung hantu.
Istana orang-orang gila, dan singgasana kaum wanita.
Dan nasihat
Bethler pada kaum wanita agar tetap menjaga fitrahnya sangat layak dijadikan
panduan, katanya, Kelembutan kasih adalah sifat dasar wanita. Jika sifat lemah
lembut tercerabut dari dalam diri seorang wanita, ia tidak laik disebut wanita
maupun pria, ia lebih tepat disebut binatang galak.
Seorang wanita
yang dinikahi oleh pria karena ada dua alasan. Pertama, karena kecantikan
fisiknya, wajahnya, meskipin cantik itu relatif, tutur katanya baik dan enak
didengar, kulitnya mulus, badannya sehat. Kedua, kecantikan batin (inner beuty), yaitu memiliki kesempurnaan agama dan budi pekerti. Semakin
sempurna akhlak seorang wanita, maka cinta sang pria sebagai suaminya akan
semakin melambung, rumah tangganya pun semakin bahagia. Inilah kriteria wanita
idaman yang digambarkan Rasulullah SAW, ketika besabda kepada Umar, Maukah aku
beritahukan simpanan paling baik oleh seseorang? Ia adalah istri salehah, yang
apabila suami memandangnya akan menyenangkannya, apabila suami memerintahkannya
ia pun menaatinya, dan jika suami pergi, maka dia akan menjaga amanahnya, (H.R.
Abu Daud & Al-Hakim).
Bagi Imam
Al-Gazali, cinta memiliki banyak elemen, antaranya, Jalinan kasih yang
menyatukan jiwa adalah buah dari moral yang baik [khusnul khuluq]. Perpecahan
yang meretakkan jiwa adalah buah dari moral yang buruk [su'ul khuluq]. Moral
baik melapangkan jalan hidup saling mengasihi dan mencintai, saling bersaudara
dan bersatu, saling menolong dan peduli. Moral buruk akan membentangkan jalan
hidup saling membenci, memusuhi, saling menjatuhkan, serta membinasakan.
Jika merujuk
kepada Al-Gazali, nampaknya, bangsa ini begitu amburadul karena para
pengelolahnya masih memelihara moral yang buruk karena kehampaan cinta pada
jiwa mereka. Yang ada di benak mereka, hanya bagaimana menumpuk-numpuk harta
sebagai manifestasi dari cinta dunia tanpa batas, atau meraih jabatan, dan
menjadikan tunggangan untuk menebar pukat harimau, mengais seluruh harta negara
sebisa mungkin. Itulah elemen cinta dari akhlak buruk.
Kita butuh para
pengelolah negara, termasuk penegak hukum yang sedang berseteru KPK versus POLRI untuk mengendepankan rasa
cinta pada bangsa berdasarkan khusnul-khuluq alias moral yang baik. Indonseia
kita hanya akan tegak, kokoh berdiri jika dilandasi dengan pilar-pilar cinta.
Karena itu, Imam
Al-Gazali, ketika ditanya tentang sebab-sebab yang melahirkan rasa cinta dalam
diri, maka ia menjawab, Kecintaan seseorang pada eksistensi dirinya serta
kelangsungan hidupnya, menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan, bahwa
setiap manusia mencintai dirinya. Maka peran agama adalah menuntun cinta ke
arah yang benar, cinta wanita, harta, jabatan dengan berlandaskan aturan agama
adalah bagian dari ibadah dan jalan mulus meraih surga.
Dengan cinta, kita
terlahir di muka bumi ini, agar menebarkan cinta kasih antar-sesama makhluk
Tuhan. Tak terkecuali kepada pasangan hidup dan, sebuah kesalahan besar jika
kita menganggap perayaan cinta terkait pada waktu dan tempat tertentu termasuk
Valentine's Day alias hari kasih sayang. Yang benar adalah menyalurkan dan
merayakan cinta berdasarkan tuntunan agama dan adat bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang beradab.
Enrekang 7 Feb 2015. Ilham Kadir, Peneliti MIUMI &
Mahasiswa Doktor Pendidikan Islam UIKA Bogor
Comments