Pengukuhan Dewan Pengurus MIUMI Sulawesi Selatan (2)

Abu Darda',
saudara Alfarisi, jadi jubir untuk menyampaikan
hajatnya kepada pihak wanita, Abu Darda', memulai pembicaraannya dengan berkata
pada orang tua gadis itu, Abu Darda’ ini saudaraku sebagaimana kami telah
dipersaudarakan oleh Nabi, dia berminat pada anak gadis Anda! Lalu sang ayah
bertanya kepada anak gadisnya, apakah dia suka atau tidak pada Alfarisi? Setelah
diperlihatkan pada kedua pemuda tersebut, ternyata anak gadisnya lebih suka Abu
Darda', karena lebih mapan dan tampan, dengan tegas menyatakan penolakannya
terhadap Salman Alfarisi. Orang tua gadis itu menyampaikan kepada Abu Darda dan
Salman tentang respon anak gadisnya yang lebih menyukai Abu Darda’.
Salman Alfarisi malah berkata, Wahai Abu Darda' inilah
jodohmu, nikahi dia, segala bentuk persiapan saya terkait penikahan, ambil
semua, yang penting nikahi gadis ini. Demikianlah karakter sahabat Nabi. Mereka
rela berkorban demi membahagiakan saudaranya yang sebetulnya ia pun butuh.
Inilah yang dimaksud dalam Al-Quran, Wayu’tsiruna ‘ala anfisihim walau kana
bihim khashashah. Rela mengorbankan diri mereka walau mereka juga butuh.
Beginiliah sebetulnya tipe pemimpin yang kita harapkan, atau wakil rakyat yang
rela berkorban untuk kemaslahatan rakyat yang dipimpin atau diwakilinya.
Ustad Das’ad, calon doktor dua universitas, UIN
Makassar, dan salah satu universitas di Malaysia, juga menekankan bahwa orang Islam harus
berpolitik, ulama harus berpolitik, dai dan ustad harus berpolitik. Kenapa
ulama tidak bisa berpolitik, tapi mantan narapidana bisa berpolitik, pereman
dan pemabuk bisa berpolitik, penjudi bisa berpolitik, artis yang suka telanjang
masuk ke politik. Lalu ada yang bilang, lihat itu ada ustad yang masuk penjara
karena korupsi. Harus dijawab, jangan ambil contoh yang salah, dalam penelitian
itu kan ada sampling eror, atau contoh yang salah. Coba ambil
contoh seperti Mahathir Muhammad, seorang pemimpin memajukan Malaysia yang juga
bisa berkhutbah pada salat Jumat, atau Nik Aziz Nik Mat, seorang gubenur di
Negeri Kelantan Malaysia yang sekaligus sebagai ulama besar yang muktabar. Lagi pula, tidak ada ayat dan hadis yang
melarang orang Islam masuk politik, yang dilarang adalah menyalahgunakan
kekuasaan.
Dalam Islam memang tidak ditegaskan cara pemerintahan
atau memilih pemimpin secara absolut, namun kita dapat belajar dari sejarah
kepemimpinan dalam Islam. Misalnya, suksesi kepemimpinan dari Nabi Muhammad ke
Abu Bakar dengan cara aklamasi, Abu Bakar ke Umar dengan sistem penunjukan, lalu
Umar ke Utsman sistem dewan syura, dan Utsman ke Ali dengan jalan musyawarah.
Terkait dengan suasana pesta demokrasi jelang
pemilihan legislatif pada tanggal 9 Maret mendatang, maka Ustad Das’ad
berpesan, pilihlan orang baik yang jadi caleg, kalau tidak ada yang lebih baik
maka pilihlah yang paling sedikit kejelekannya. Di sinilah MIUMI harus
berperan, ikut andil dalam menapis dan menampilkan pemimpin yang dapat
menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, memakmurkan alam dan
mengayomi rakyat.
***
Acara dilanjutkan dengan pembacaan ayat Suci Alquran
oleh Ustad Siswandi Safari Lc. Lalu menamiplkan narasumber “Dialog Kepemimpinan
Nasional” dengan menamiplkan pembicara: Prof. Dr. Arifuddin Ahmad, Dr. Yusril
Arsyad, dan Bachtiar Nasir, Lc., MM., dipandu oleh Dr. Aswar Hasan, MSc.
Prof. Arifuddin Ahmad, memulai pembahasannya terkait ‘Pemuda
dan Kepemimpinan” dengan mengutuf perkataan Hasan Albanna bahwa Dasar keimanan
adalah nurani yang cerdas, dasar keikhlasan adalah hati yang bersih, dasar
semangat adalah perasaan yang kuat, dan dasar amal adalah keteguhan, dan semua
itu hanya terdapat pada pemuda. Pemimpin muda adalah memiliki karakter
kepemudaan nurani yang cerdas, beriman dan idealis serta bertanggungjawab,
perasaan yang kuat.
Guru Besar ilmu hadis ini mengurai umur seseorang
terkait fungsi dan perannya kepada masyarakat yang berkecimpun dalam duni
kepemimpinan. Mulai dari umur, 0-6 tahun, pendidikan anak dimulai dalam
kalangan keluarga, 7-12 pendidikan di
luar keluarga, 13-18. pendidikan lifeskill, 19-25, pendidikan
profesional, 25-34, pemimpin keluarga, 35-40 pemimpin masyarakat, 41-53
pemimpin agama, komunitas, 54-63 pemimpin negara multikomunitas.
Ketua BKPRMI Wilayah Sulsel ini menegaskan bahwa sila
kedua pancasila 'Kemanusian yang Adil dan Beradab' sangat sinkron dengan visi
dan misi MIUMI 'Menuju Indonesia yang Lebih Beradab'. Contoh-contoh pemimpin
muda yang harus dijadikan rujukan adalah, Nabi Ismail dengan keteguhannya, Nabi
Daud dengan kerja kerasnya.
Ada pun Ustad Bachtiar Nasir, ia memulai
pembicaraannya dengan menegaskan bahwa tugas MIUMI adalah melakukan perbuhan
pada segmen midle to up atau masyarakat kelas menengahi ke atas. Yaitu
para pelaku perubahan. Saat ini, perubahan-perubahan berlaku sesuai dengan
dedain dan skenaron orang-orang tertentu yang jumlahnya di Indonesia tidak
lebih dari sepuluh persen orang Indonesia. Nah, mereka inilah yang menjadi
garapan MIUMI.
Namun semua itu harus diback up dengan
publikasi melalui media, sebab perubahan yang berlaku secara cepat itu selalu
diawali dengan media. Peran dunia pertama adalah perang dokumen, siapa yang
paling lengkap dokumennya dialah yang menang, sedang perang dunia kedua adalah senjata,
siapa yang paling canggih senjatanya, dialah yang akan menumpaskan lawannya, dan perang dunia ketiga yangsedang berlangsung
saat ini adalah menggunakan senjata kamera dan uang. Media-media massa, catak
ataupun elektronik, bahkan sosial media yang melanda dunia merupakan sikhrul
bayan, meminjam istilah hadis Nabi bahwa ‘innal bayan lasikhr. Sungguh
sebuah kata-kata dapat menjadi sihir’. Media-media telah mencekoki kita dengan persepsi
dan prediksi liar. Ini merupakan bagian dari kekutan mistik media yang sedang melanda
Indonesia di tengah liberalisme, hedonismen dan materialisme. Lihatlah
Indonesia sedang disodori oleh calon pemimpin fenomenal yaitu Jokowi yang
disponsori oleh Fremasonry dan Rotari Club dengan permainan media
dan uang, namanya seakan tak terbendung, padahal karyanya belum terlihat. UBN,
demikian sebutan masyhurnya, juga menceritakan tentang reaksi masyarakat sosmed
ketia ia menulis di twitter, Jokowi memang hebat, di Solo ia mewariskan pemimpin
kafir, di Jakarta mewariskan pemimpin kafir, dan selangkah lagi akan kafirkan
Indonesia.
Saat ini—lanjut Ketua Alumni Universitas Islam Madinah
di Indonesia ini—jika kepemimpinan tak dikawal oleh intelektual dan ulama,
termasuk ulama muda, maka para umara serta negara akan semakin rusak. Ahmad Bin Hambal adalah
contohnya, yang rela berkorban demi untuk mengoreksi para pemimpin zalim pada
masanya. Rasa takut tak menghindarkan kamu dari kematian, rasa taku justru
menjadikan Anda kalah! Demikian prinsip seorang ulama, dan MIUMI Sulsel harus
menjadi Ahmad bin Hambal. Yang berhak melakukan perubahan dan kebangkitan
adalah anak muda, lebih-lebih para ulama muda. Jika tidak ada perubahan dan
kebangkitan yang dilakukan pemuda, maka mereka telah tua sebelum waktunya.
Ada pun Dr. Rahmat Abdurrahman, MA., selaku Ketua
Pimpinan Wilayah MIUMI Sulsel menegaskan bahwa MIUMI adalah gabungan dari
segenap perwakilan intelektual dan ulama muda yang ada di Susel, dan menjadi
tempat pematangan. Ia juga mengaskan bahwa ke depan, diharapkan untuk melakukan
kerjasama dengan pihak pemerintah untuk besama-sama membagun umat.
Gubernur Sulsel, Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, yang
hadir pada acara pengukuhan, juga tampil membawakan kata sambutan, padahal
beliau sebetulnya memiliki jadwal yang cukup padat, katanya, Saya bersyukur bisa hadir pada acara ini,
walaupun acara saya sangat padat, beberapa acara lainnya terpaksa batalkan, di Kab.
Pinrang, Barru, Kota Pare-pare saya batalkan. Karena saya tau bahwa MIUMI
adalah jawaban bagi kebutuhan masyarakat, apa yg kita upayakan adalah
langkah-langkah menuju pembangunan. Negara ini adalah negara besar, penduduknya
250 juta, 80 persen beragama Islam. Potensi alamnya sangat besar, apa saja bisa
jadi. Dengan itu kita syukuri semunya, maka fabiayye alai rabbikuma
tukadziban. Nikmat Tuhanmu yang manalagi engkau distakan. Tambang terbesar
di dunia adalah di Papua, semestinya rakyat Papua tidak lagi hidup dalam
kemiskinan. Oleh karena itu, lanjut Ketua DPD II Golkar Sulsel ini, Kita harus bersatu
membawa bangsa ini. Kita harus melakukan pendekatan dengan baik, bersatu
memilih pemimpin yang baik, karena kalau kita mendapatkan pemimpin yang tidak
baik maka akan menjadikan negara ini tergadai. Hak-hak rakyat dibeli dengan
uang dan hanya akan menggadai idealisme.
Ada beberapa bidang yang harus dimiliki jika ingin
maju dan bersaing dengan para bangsa lain, di antaranya adalah, hadirkan sains,
riset dan teknologi. Tapi semua itu tidak cukup, tetapi harus diiringi dengan
agama, karena itu agama harus menjadi sebuah pendekatan yang niscaya dan akan
dapat membawa bangsa ini memiliki integritas. MIUMI menjadi strategis untuk
berkiprah pada bidang ini. Membangun ulama-ulama dengan target satu desa satu
ulama. Inilah segmen paling strategis untuk dikelolah oleh MIUMI. Ulama-ulama
senior kita kian hari kian habis, padahal di sinilah gudangnya ulama. Sulsel
terkenal dengan ulama-ulamanya. Tuntun saya—pinta Bapak Gubernur—saya ingin
mengakhiri jabatan saya dengan khusnul khatimah. Dengan aksen khas
Makassar ia mengucapkan, “MIUMI selamatki semoga dapat berkarya dengan
baik, dan saya atas nama guburnur mendukkung!”
Demikian beberapa sambutan pada acara
Pengukuhan Pengurus Pimpinan Wilayah MIUMI Sulsel, semoga kehadirannya dapan
membawa maslahat untuk negara, umat dan agama. Berjuang untuk menggapai ridha
Allah, meninggikan kalimatnya, li’i’lai kalimatillah. Menjadi suluh
dalam kebelapan, mencerahkan umat, menumpas kejahatan intelektual, menjadi
penangkal atas segala bentuk kesesatan yang kian hari kian tak terbendung,
penwar bagi racun materialisme dan hedonisme. Semua ini hanya bisa diatasi
dengan kerja sama yang terorganisir, bukan hanya sama-sama bekerja. Mari menuju
Indonesia yang lebih beradab!
Ilham Kadir, MA. Pengurus MIUMI Sulsel
Comments