Rajut Ukhuwah Bersama BKPRMI
Kalau
tidak ada aral melintang, pada tanggal 22-23 Jumadil Akhir 1435 H/ 22-23
Februari 2014 depan, Musyawarah Nasional Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia
(BKPRMI) akan dihelat di Asrama Haji Sudiang Makassar. Salah satu agenda dalam
Munas ke-13 kali ini adalah suksesi kepemimpinan dalam tubuh BKPRMI priode
mendang 2013-2017 yang diharapkan akan membawa organisasi yang berdiri tahun
1977 di Bandung ini menjadi lebih baik dan berkualitas.
Sekadar
mengulas kembali, maksud dan tujuan berdirinya BKPRMI, agar menjadi acuan utama
dalam memahami sepak terjang organisasi yang bernama asal Badan Komunikasi
Pemuda Masjid Indonesia (BKPMI) ini. Bahwa latar belakang pembentukannya adalah
sebagai reaksi terhadap gejala sosial yang berkembang di tanah air, seperti
konsep pembangunan nasional yang dinilai cenderung berorientasi pada
pembentukan masyarakat sekuler, depolitisasi kepemudaan, isu kristenisasi, dan
pemahaman keagamaan berlangsung secara dinamis yang menimbulkan polemik antara
paham tradisional dan pahama modernis; isu kebangkitan Islam abad ke-15 Hijriah
yang ditandai dengan kesemarakan kegiatan keagamaan, pencerahan pemahaman
melalui kajian-kajian dalam berbagai bentuknya, kuatnya dorongan untuk
membangun ukhuwah islamiyah dan negara; tumbuh kembangnya kajian-kajian Islam
di berbagai belahan dunia di satu sisi, dan pada sisi lain, semakin kuatnya
semangat generasi muda Islam Indonesia untuk memantapkan posisi citra Indonesia
tidak hanya sebagai pemeluk Islam terbesar di dunia, tetapi juga sebagai pusat
syiar Islam; munculnya gerakan umat Islam seluruh Indonesia untuk kembali ke
masjid sebagai basis perjuangannya, di mana masjid sebagai lembaga dan pranata,
sebagai batullah, dan masjid sebagai milik umat, akan memberikan nuansa dan
marwah BKPRMI sebagai alat perekat/katalisator pemuda-remaja Islam, ideologi
dan semangat keagamaan sebagai energi dan motivasi instinstik dalam memacu
semangat juang yang independen sebagai kader umat dan bangsa sekaligus.
Terbukti,
pada Munas ke-5, BKPRMI di Surabaya, tahun 1993, mengusulkan dibentuknya Taman
Kanak-kanak Alquran (TKA) yang dilanjutkan dengan pembentukan Lembaga Pembinaan
dan Pengembangan TKA (LPPTKA). Keberadaan kedua lembaga pendidikan usulan dan
olahan BKPRMI ini telah memberikan sumbangsih yang tidak bisa diremehkan dalam
memajukan bangsa, khususnya dalam peningkatan kecerdasan, dan lebih khusus pada
pemberantasan buta aksara baca tulis Alquran.
Merajut
Ukhuwah
Berhubung
karena Munas ke-13 kali ini bertepatan dengan tahun politik, dimana akan
diadakan dua pesta demokrasi, pemilihan anggota legislatif (pileg) dan
pemilihan presiden untuk priode lima tahun kedepan. Maka, tidak menutupi
kemungkinan akan menjadi ajang aktualisasi diri bagi para politikus yang bergabung
dalam wadah BKPRMI. Diakui atau tidak, banyaknya pengurus yang terjung ke
politik praktis, akan praktis menggiring para jajaran pengurus-panitia pusat (Steering
Committee) dan panitia pelaksana (Organizing Committee) Munas kali
ini untuk menjual tema yang berhubungan dengan kepemimpinan.
Terciptalah
tema “Bersama BKPRMI Merajut Ukhuwah Menyongsong Pemimpin Berakhlak Qur’ani”.
Melihat judulnya, dapatlah dibagi menjadi dua variabel, ‘merajut ukhuwah’ dan ‘menyongsong
pemimpin barakhlak qur’ani’. Setelah melakukan musyawarah panitia beberapa
kali, termasuk pembahasan masalah tema dan hal-hal tekhnis lainnya, maka tema
ini dianggap paling tepat.
Secara
filosofis, merajut ukhuwah adalah bagian dari prinsip hidup manusia sebagai
makhluk sosial, dan tidak hanya dimonopoli oleh umat Islam. Dengan ukhuwah,
persatuan dan kesatuan akan terjalin, kesatuan adalah asas dalam membangun
kekuatan bangsa dan negara. Ahli hikmah berkata, Al-Ittihadu Quwwah. Persatuan
adalah sebuah kekuatan. Dan bangsa Melayu-Indonesia mengatakan, Bersatu Kita
Teguh Bercerai Kita Runtuh. Terhadap umat selain Islam saja kita diwajibkan
untuk bersatu dan berukhuwah, apalagi sesama umat Islam, dan lebih-lebih sesama
pengurus dan segenap jamaah BKPRMI dari tingkat taman kanak-kanak hingga
pengurus pusat.
Ini
bermakna, merajut ukhuwah adalah penguatan organusasi secara internal yang
selama ini, diakui atau tidak, telah terjadi dinamika yang kadang-kadang menimbulkan
perselisiahan antar-sesama, dan itu lumrah, tidak ada satu organisasi pun yang
steril dari dinamuka internal, tinggal bagaimana memanage sebuah problem menjadi
energi positif yang dapat berguna bagi diri sendiri, orang lain, hingga umat
dan bangsa.
Peta
politik adalah porsi terbesar dalam dinamika internal BKPRMI, banyaknya
pengurus yang berpolitik praktis dari partai yang beraneka ragam mendatangkan
masalah tersendiri bagi tubuh BKPRMI, untuk itu menyikapinya perlu
langkah-langkah yang bijak dan cerdas. Tidak bisa diremehkan akan kekuatan
organisasi pimpinan Dr. Ali Mochtar Ngabalin ini dalam meraup suara. Banyaknya
guru dan santri TPA akan menjadi lumbung suara tersendiri. Karena itu,
persaingan dalam ranah politik adalah perlu disikapi dengan baik, dan itu sama
sekali sangat terpuji jika memiliki niat untuk berbuat demi kemaslahatan
organisasi secara khusus dan umat secara umum.
Ada
pun tentang ‘kepemimpinan yang berakhlak qurani’ adalah bagian dari penguatan
bangsa dan negara yang pada era reformasi ini telah mengalami degradasi moral
yang sangat akut. Kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi tanpa kenal waktu
dan tempat adalah bagian dari kebobrokan akhlak para pemimpin yang semestinya
jadi tuntunan, namun malah menjadi tontonan yang tidak berkesudahan.
Pemberantasan
Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Era Reformasi ini seakan hanya hayalan
belaka. Warta tentang anggota dewan terhormat yang korupsi, hakim menerima
sogokan, dinasti politik sejumlah kepala daerah adalah suguhan harian rakyat
Indonesia. Belum lagi, prilaku amoral para anak didik, pendidik, abdi negara,
hingga masyarakat luas dari pelosok sampai pusat. Semua itu adalah bagian dari
hilangnya figur pemimpin yang dapat menjadi penuntun dan panutan.
Dalam
Islam versi Ahlussunnah Wal Jamaah minus Syiah, seorang pemimpin harus memiliki
integritas yang baik, berkarakter kuat, tangguh dan tidak cengeng, apalagi suka
mengeluh, dan curhat di depan rakyatnya, hingga mengalah pada istrinya.
Pemimpin tidak boleh lemah dan penakut, tapi harus perkasa dan pemberani.
Pemimpin
ideal adalah seorang yang jujur (shidq), amanah, cerdas, dan menyampaikan
kebenaran tanpa ragu-ragu (tabligh) walau kebenaran itu tidak populis, bahkan
menurunkan pamornya. Itulah ciri-ciri pemimpin qur’ani. Semoga Munas BKPRMI
ke-13, akan melahirkan pemimpin internal dan eksternal (negara) yang berakhlak
qur’ani! Wallahu A’alm!
Ilham
Kadir, MA. Pengurus BKPRMI Sulsel dan Panitia Munas Ke-13 Makassar
Comments