Sai Baba dan Ideologi Syiah Imamiyah

Sathya Sai Baba
terlahir sebagai Sathya narayana Raju dari Peddavenkappa Raju dan Easwaramma,
sebuah keluarga petani miskin di daerah pedesaan di pedalaman Puttaparthi,
terletak di Distrik Anantapur, Andhra Pradesh. Sejak Ia terlahir setelah Sri
Sathyanarayana Puja, Ia dinamakan seperti nama Dewa yang dipuja saat itu.
Dikatakan bahwa instrumen-instrumen musik di dalam rumahnya berbunyi dan
memainkan musik sendiri ketika Ia dilahirkan.
Menurut Howard Murphet
dalam bukunya Man of Miracles, Sathya Sai Baba mengikuti kelas sekolah
dasar yang lebih tinggi tingkatnya di Bukkapatnam selama tahun ke-8. Ia
mempunyai talenta yang istimewa pada seni drama, musik, puisi dan akting,
menulis lagu-lagu untuk opera di desanya pada usia 8 tahun. Setelah itu Sai
Baba masuk SMA di Uravakonda, berdasarkan Biografi Kasturi.
Biografi Kasturi
menyebutkan beberapa keajaiban dan tanda-tanda ketuhanan dari Sathya muda.
Menurut Howard Murphet, dalam bukunya Sai Baba Man of Miracles, Sathya
muda adalah seorang vegetarian dan dikenal karena kebenciannya terhadap
kekerasan kepada binatang dan kasih sayangnya kepada orang miskin, orang tidak
mampu dan orang tua. Menurut Kasturi dan Sathya Sai Baba sendiri, Sathya muda
mengkomposisi bhajan secara spontan walaupun masih dalam usia semuda 8 tahun
dan sangat berbakat dalam drama, seni tari, musik dan puisi.
Dalam ceramah tahun
1963 Sai Baba menyatakan diri sebagai reinkarnasi dari Shiva dan Shakti. Dalam
ceramah yang sama Sathya Sai Baba berkata bahwa Shirdi Sai Baba adalah
inkarnasi dari Shakti dan mengulangi pernyataannya tahun 1976. Dalam penegasannya,
biografi Kasturi atau hagiografi dari Sathya Sai Baba menyatakan bahwa Shirdi
Sai Baba adalah Inkarnasi Shakti dan bahwa Prema Sai Baba adalah inkarnasi dari
Shiva. (http://pwkpersis.wordpress.com).
Keajaiban–sejenis
mukjizat yang mirip tapi tidak sama—adalah bagian dari kehidupan Sathya Sai
Baba, dilaporkan banyak keajaiban yang telah dilakukannya seperti menyelamatkan
bhaktanya yang terkena musibah, melihat masa depan, menyembuhkan orang sakit
dan sebagainya. Sejak kecil ia juga memiliki kemampuan menciptakan suatu benda
dari lambaian tangannya, seperti liontin, cincin, berlian, tasbih, salib,
vibhuti (abu suci), yang biasanya ia hadiahkan kepada bhaktanya. Tidak hanya itu, Sai Baba dikatakan memiliki kemampuan menghidupkan orang mati,
menyembuhkan orang lumpuh dan buta, bahkan mampu menurunkan hujan dan
mengeluarkan tepung dari tangannya. Ia juga mampu berjalan melintasi belahan
bumi dalam sekejap, menciptakan patung emas, merubah besi menjadi emas, dan
banyak lagi berbagai fitnah yang ditunjukkan oleh Sai Baba kepada ribuan orang,
bahkan jutaan yang datang dari berbagai suku bangsa dan agama bertekuk lutut
jadi pengikutnya.
Ideologi Syiah
Imamiyah
Kendati aliran
Syiah yang menyempal dari Agama Islam telah muncul sejak awal kedatangan Islam
di abad ke-7 Masehi sedangkan Sai Baba muncul pada abad ke-20 atau memiliki
perbedaan dengan durasi—kurang lebih—empat belas abad. Namun, jika dikaji dan
diteliti secara seksama, maka ideologi Sai Baba memiliki kesamaan dengan ajaran
dan ideologi Syiah Imamiyah, sebuah aliran yang telah difatwakan oleh MUI Jawa
Timur sebagai sesat dan menyesatkan serta Surat Edaran Departemen Agama Republik
Indonesia No. D/BA.01/4865/1983, Tanggal, 5 Desember 1983 dan
dipertegas kemudian oleh Peraturan Gubernur (Pergub) Jatim No. 55 tahun 2012
tentang “Pembinaan Kegiatan Kegiatan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di
Jawa Timur”.
Dengan itu,
kesesatan Syiah sudah sangat terang—laksana mentari di hari yang cerah—dan tidak
perlu diperdebatkan lagi, yang mengingkarinya hanyalah orang-orang yang masuk
dalam golongan sufaha—faham akan kebenaran tapi tetap menolak. Para sufaha
di Indonesia tak terkecuali Makassar kian tumbuh seakan tak terbendung.

Imamah. Masalah
imamah yang harus dengan tekstual, artinya imam terdahulu harus menentukan imam
penggantinya secara tekstual dan langsung ditunjuk orangnya, bukan dengan
bahasa isyarat. Imamah sesuatu yang sangat penting yang tak terpisahkan sebagiamana
Nabi dan umatnya, serta tidak boleh dibiarkan masing-masing orang menyampaikan
pendapatnya, namun harus ditentukan seseorang sebagai tempat yang menjadi
rujukan.
Keserupaan ideologi
ini sejalan dengan penetapan para baba di India yang mengharuskan adanya
pengganti yang telah ditetapkan. Jika Syiah menetapkan melalui mekanisme penunjukan
penggantinya yang sudah ada, maka ideologi Sai Baba menetapkan pengganti para
baba dengan sosok yang belum muncul. Akan tetapi Sai Baba telah menjelaskan
identitas tokoh yang kelak menjadi pengganti dirinya.
Ilmu. Dalam
Syiah Imamiyah, setiap imam dititipi ilmu dari Nabi untuk menyempurnakan
syariat Islam. Imam memiliki ilmu laduni, tidak ada perbedaan antara imam
dengan Nabi, kecuali bahwa Nabi mendapat wahyu. Bagi golongan sesat ini, Nabi
telah menitipkan kepada mereka rahasia-rahasia syariat Islam agar mampu
memberikan penjelasan kepada manusia sesuai dengan kebutuhan zamannya.
Ideologi ini
serupa dengan apa yang dibawa dan diajarkan oleh Sai Baba, di mana mereka
mengklaim bahwa seorang avatar haruslah mengetahui segala-galanya baik yang bersifat
ghaib maupun yang zahir (kasat mata). Sai Baba sendiri dijuluki sebagai avatar
yang omniscience—mahamengetahui segalanya, persis para imam Syiah.
Keajaiban. Sebuah
peristiwa yang luar biasa alias khariul lil ‘adah yang biasa terjadi pada imam yang—mirip
tapi tidak sama dengan mukjizat. Jika tidak ada teks tertulis dari Imam
sebelumnya, maka dalam kondisi seperti ini, penentuan Imam harus berlangsung
dan berdasarkan adanya sesuatu yang luar biasa kepada calon Imam pengganti.
Perlu dicamkan,
bahwa hal-hal yang terjadi di luar kebiasaan, yang sering dikatakan mukjizat,
karamah atau dengan istilah apapun, jika terjadi kepada para wali setan seperti
yang diklaim pengikut Syiah sebagai
mukjizat jelas satol—alias salah total. Demikian pula yang terjadi pada Sai
Baba yang walaupun berbentuk di luar kebiasaan—khariul lil ‘adah—semua itu
merupakan talbis iblis atau tipu daya setan yang hanya bentuk manipulasi
iblis agar mengecoh orang awam untuk menjadi pengikutnya.
Al-Ghaibah. Penganut
Syiah meyakini bahwa zaman tidak pernah kosong dari sebuah argumentasi yang
membuktikan Allah, baik secara logika maupun secara hukum. Sebagai konsekwensi
logisnya, bahwa Imam yang ke-12 telah menghilang di sebuah goa—dalam rumahnya
yang dinamai ghaibah sugra dan ghaibah kubra. Arti sederhanya,
menghilang untuk sementara dan suatu saat akan muncul kembali.
Dalam tradisi
Hindu, kehidupan para dewa yang berada di lain alam serupa dengan ideologi
Al-Ghabiah ala Syiah. Manusia-manusia suci yang telah menjadi dewa di alam lain
tersebut dapat dipanggil jika dibutuhkan oleh manusia di bumi. Sebagian penganut
Syiah meyakini dan mengkalim dapat bertemu dengan tokoh-tokoh ghaib tertentu,
sebagaimana orang Hindu yang bisa berjumpa dengan para tokoh ghaib mereka.
Raj’ah. Muncul
kembali atau reingkarnasi. Para penganut Syiah Imamiyah meyakini bahwa Imam
Hasan Al-Askari akan datang kembali pada akhir zaman ketika Allah mengutusnya
untuk tampil. Sebab itu, setiap malam bakda Magrib mereka berdiri di depan
pintu goa itu dengan menyediakan sebuah
tunggangan berupa kuda hitam, dan pergi, keesokan harinya diulanginya, hingga
waktu tak terbatas, sebuah kekonyolan yang hanya dimengerti oleh Syiah yang
memang konyol dan sesat. Mereka berkata ketika kembali, imam itu akan memenuhi
bumi dengan keadilan sebagaimana bumi sedang dibanjiri oleh kekejaman dan
kezaliman. Dan ia akan melacak lawan-lawan Syiah sepanjang sejarah—termasuk penulis
pastinya.
Akidah reinkarnasi
ini pula menjadi ruh bagi ajaran Sai Baba. Ajaran dan pemahaman Sai Baba adalah
mixing dengan ide-ide lintas ajaran dan keyakinan di Asia, mulai dari
Syiah Imamiyah, Budhisme, Manaisme, Brahmanisme, serta para penganut sekte yang
meyakini reinkarnasi dan pantheisme. Sebagaimana Syiah yang mengadopsi
ide-idenya dari Yahudisme yang telah membawa Bahaisme, Asyurisme—hari Asyura=Ratapan—dan
Babilisme. Pandangan dan anutan Syiah Imamiyah tentang Imam Ali radhiallahu ‘anhu,
para Imam, dan Ahlul Bait—keluarga Nabi—juga mendapatkan titik temu dengan
pendapat-pendapat Kristen tentang Yesus Kristus. Orang-orang Syiah memiliki
kemiripan dengan penganut agama Kristen ketika memperingati hari-hari besar,
memperbanyak gambar dan patung—termasuk gambar Nabi dan para imam—serta melakukan
ritual-ritual aneh dan luar biasa lalu menyandarkannya pada imam. Wallahu A’lam!
Ilham Kadir,
Alumni Pascasarjana UMI Makassar, Anggota Majelis Intelektual Ulama Muda
Indonesia, dan Peneliti LPPI Indonesia Timur
Comments