Ratu Sejagad 2013

Bulan November 2002, kontes ratu cantik di
Nigeria rusuh akibat sebuah artikel yang bernada provokatif dan dianggap
melecehkan Nabi Muhammad yang ditulis oleh
Isioma Daniel di surat kabar lokal “This Day”, salah satu
paragraf dalam artikel tersebut tertulis, “Artikel ini ditulis sebagai jawaban
kepada umat Islam Nigeria yang menolak ajang Miss World di Abuja, Ibukota
Nigeria. Coba apa yang dipikirkan oleh Nabi Muhammad [bila masih hidup]?
Sejujurnya dia pasti akan memilih istri di antara wanita-wanita tersebut
[peserta Miss World]." Tak pelak lagi, kaum muslim Nigeria yang memang
sedari awal menolak ajang pemilihan ratu cantik sejagad tersebut, berang dan
melakukan demo sebagai bentuk protes. Namun aksi demonstrasi berubah menjadi
aksi massal yang anarkis, sedikitnya 105 tewas sementara ratusan orang lainnya
cedera. (http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message).
Bulan september 2012 lalu, sebuah konteks
kecantikan di Cina menuai kontroversi karena juri dianggap menetapkan kriteria
fisik yang terlalu ketat. Kontes tersebut diselenggarakan oleh ‘The Chinese
Website Model Net’, syarat untuk mengikuti kontes tersebut mulai dari babak
semifinal hingga final, antara lain jarak antara dua ujung payudara ‘maaf’
(puting) harus di atas 7,8 inci (20 cm). Kriteria cantik menurut penyelenggara
tersebut berdasarkan pada standar Cina klasik (traditional Chinese)
dipadukan dengan hasil riset ilmiah modern (modern Western standards of
beauty). Banyak pihak yang mengkritik dan protes kriteria ‘cantik’ dalam
kontes tersebut, (http://www.nydailynews.com/life-style/health/chinese-university-beauty-pageant-organizers-mandate-contestants-nipples-7-8-inches-article1).
Namun, begitulah adalanya, karena namanya
‘kontes kecantikan’ maka yang diukur pasti cantik muka dan fisiknya. Mulai dari
bentuk mata dan bulunya, alis, jidat, hidung, bibir, gigi, gusi, leher, pipi,
payudara, rambut, pantat, perut, dan kaki. Tinggi dan berat badan harus
proporsional, warna kulit juga tak bisa diabaikan. Intinya para kontestan harus
terlihat cantik dan proporsional bentuk tubuhnya yang kesemua inci harus
dilihat jelas dan bisa diukur oleh dewan juri. Kriteria tambahan yang
berhubungan dengan otak seperti penguasaan bahasa, wawasan sejarah, dan
pengetahuan umum lainnya, hanyalah sekadar pemanis belaka, agar tak terkesan
seperti seleksi ‘binatang’.
Di Amerika lebih gila lagi, pada bulan November
tahun 2011, sebuah situs perempuan memberitakan adanya sebuah kontes pemilihah
organ intin wanita terindah mulai dari bentuk, warna, tebal, tipis, dst. Kontes
tersebut diberi nama “The Most Beautiful Miss V Contest” yang diselenggarakan
oleh sebuah klub di Portland, Oregon. Juri dalam kontes tersebut terdiri dari
enam selebriti lokal, (http:www.femaletrend.com/the-most-beautiful-miss-v-contest-famale-trned-women-trend).
Miss World 2013
Kontes Ratu Cantik Sejagad priode 2013 akan
digelar di Sentul International Convention Centre (SICC), Bogor, Jawa Barat,
tepat pada tanggal 8 September ini.
Sebelum mencapai acara puncak di Bogor, para kontestan edisi ke-63 Miss World itu akan menjalani karantina di
Nusa Dua Bali, dan kini mereka sudah mulai berdatangan. Lebih dari 130 kontestan
akan memeriahkan kontes ini, (http://id.wikipedia.org/wiki/Miss_World_2013).
Polemik pun bermunculan, banyak yang pro namun
tak sedikit yang kontra. Yang pro menilai bahwa ajang sekalibar Miss World sangat
menguntungkan Indonesia dari segi pariwisata, termasuk promosi gratis untuk
negara Indonesia secara keseluruhan lebih khusus Bali dan Bogor. Termasuk para
pengrajin lokal akan kebanjiran pesanan souvenir yang terkait dengan ajang
pemilihan ratu cantik sedunia, dengan itu ekonomi mereka akan terkatrol.
Pendapat ini dipegang oleh mazhab pemerintah secara umum dan tokoh-tokoh
liberal yang didukung oleh DPR dan artis secara khusus.
Anggota Komisi X DPR Venna Melinda, yang sedang
dirundung masalah karena ‘ditalak tujuh’ oleh suaminya misalnya lantaran kerap menyuruh memakaikan sepatunya, menegaskan
bahwa manfaat Miss World yang merupakan perhelatan internasional itu banyak,
tidak usah dipermasalahkan, kalau hanya soal bikini kesannya jadi negatif
terus, itu bisa disesuikan dan tidak perlu diributkan.
Namun pendapat mantan putri Indonesia itu
dibantah oleh Ida Ruwaida, seorang sosiolog dari Universitas Indonesia. Menurutnya, biaya yang
dikeluarkan dalam kontes ratu cantik sedunia itu sangat tinggi. Karena itu para
pelaku dan individu yang terlibat dalam industri itu akan berusaha mencari
keuntungan, lebih tepatnya industri bisnis untuk kalangan dan orang-orang tertenu
saja (kapitalis). Sangat sedikit manfaatnya jika ditinjau dari sisi pariwisata,
tidak terlalu memberikan sumbangsih yang signifikan. Tidak ada jaminan jika penyelenggara Miss
World akan memperkenalkan budaya
Indonesia ke mata dunia. (Republika, 15/4/2013).
Meski mensyaratkan prilaku dan pengetahuan
–lanjut Ida—kontes semacam itu tetap menjadikan kecantikan sebagai faktor
utama. Para wanita dijadikan objek, karena unsur-unsur kewanitaan memang
memiliki nilai jual. Para wanita yang terlibat dalam kontes ini pun hanya
berperan sebagai duta kosmetik, bukan menonjolkan prilaku dan pengetahuannya.
Ternyata pendapat sosiolog di atas terkait Miss
World sama persis dengan pandangan Dr. Daoed Joesoef, seorang penganut Kristen
fanatik, dan mantan Menteri Pendidikan Indonesia, dalam memoarnya, sebagaimana
dikutif oleh Dr. Adian Husaini bahwa beliau sangat tidak setuju dengan praktik
kontes kecantikan. Katanya, “Pemilihan ratu-ratuan seperti yang dilakukan
sampai sekarang adalah satu penipuan, di samping pelecehan terhadap hakikat
keperempuanan sebagai mahkluk [manusia]. Tujuan kegiatan ini adalah tak lain
dari meraup keuntungan berbisnis, bisnis tertentu: perusahaan kosmetik, pakaian
renang, rumah mode, salon kecantikan, dengan mengesploitasi kecantikan yang
sekaligus merupakan kelemahan perempuan, insting primitif dan nafsu elementer
laki-laki dan kebutuhan akan uang untuk
bisa hidup mewah. Sebagai ekonom, aku tidak apriori antikegiatan bisnis. Adalah
normal mencari keuntungan dalam berbisnis, namun bisnis tak boleh
mengesampingkan begitu saja etika. Janganlah menutup-nutupi target keuntungan
dengan dalih muluk-muluk, sampai-sampai mengatasnamakan bangsa dan negara.” (Dr. Adian Husaini, 'Pendidikan Islam, Membentuk Manusia
Berkarakter dan Beradab', 2012).
Pendeka kata –lanjut mantan menteri yang paling
kontorversial era Orba itu—kalau di zaman dahulu para penguasa [raja] saling
mengirim hadiah berupa perempuan, zaman sekarang pebisnis yang berkedok lembaga
kecantikan, dengan dukungan pemerintah dan restu publik, mengirim perempuan
pilihan untuk turut ‘meramaikan’ pesta kecantikan di forum internasional.
Indonesia adalah negara berpenduduk muslim
terbesar di dunia, dan berasaskan pancasila yang di dalamnya terkandung
nilai-nilia keadilan, kemanusian, kebijaksanaan, hikmah, dan adab. Ajang
pemilihan Miss World sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila dan ajaran Islam yang menjadi anutan mayoritas. Negara kita
adalah negara yang beragama, dan setiap agama –terutama Islam—sangat melarang penganutnya
melakukan perbuatan yang sangat merendahkan harkat dan martabat wanita.
Menteri Agama Suryadharma Ali mengingatkan panitia kontes kecantikan Miss World 2013 harus memperhatikan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurut Sang Menteri, selain soal keamanan yang menjadi tanggung jawab aparat kepolisian atau masalah lain yang berhubungan dengan pihak terkait, penyelenggaraan Miss World juga harus memperhatikan fatwa MUI. “MUI telah menyatakan menolak keras penyelenggaraan Miss World karena tidak sesuai ajaran Islam yang mewajibkan muslimah menutup aurat,” katanya. Sebagaimana diketahui, MUI dengan tegas telah menyatakan menolak keras penyelenggaraan Miss World karena tidak sesuai ajaran Islam yang mewajibkan muslimah menutup aurat. Selain itu, Miss World juga bertentangan dengan budaya Indonesia. (www.islampos.com, 29/8/2013).
Jika di Inggris saja terjadi protes terhadap
ajang pemilihan Ratu Cantik Sejagad, maka di Indonesia yang pendudukanya sangat
menekankan nilai-nilai adab yang berbasis agama, tentu tak mau ketinggalan
dalam meluruskan tindakan pengambil kebijakan dan para kapitalis yang jelas
bertentangan dengan agama dan nilai-nilai Pancasila. Jawa Barat dikenal kota
beriman, dan Bogor dikenal dengan kota halal, sangat tidak etis jika melakukan
perhelatan yang tidak halal dan merusak iman.
Namun perlu dicatat, menyampaikan kebenaran dan
mencegah kemungkaran (al-amru bil ma’ruf wan an-nahyu ‘anil mungkar)
harus sesuai dengan adab dan cara-cara yang telah disyariatkan. Anarkis dengan
merusak fasilitas umum, mencederai orang lain, hingga melenyapkan nyawa sesama
adalah tindakan mungkar dan biadab. Jangan sampai bermaksud mencegah kemungkaran dengan
hanya mendatangkan kemungkaran yang lebih besar.Wallahu a’lam!
Ilham Kadir, Anggota Majelis Intelektual-Ulama
Muda Indonesia (MIUMI), Peneliti LPPI Indonesia Timur
Comments