Marhaban Ya Ramadhan!

Keluarga
muslim yang tersebar di seluruh belahan dunia, ketika memasuki bulan suci
Ramadan selalu penuh dengan kegirangan. Namun kegirangan saja belumlah cukup,
harus dengan persiapan-persiapan yang matan dan tersusun rapi, agar begitu Ramadan
mulai star, seorang mukmin juga langsung tancap gas dalam beribadah.
Salah
satu bentuk ketidak-siapan seorang muslim adalah ketika Ramadan datang, tidak
punya bekal dan sama saja dengan bulan-bulan lainnya. Padahal para generasi salaf
(terdahulu) selalu menjadikan bulan puasa sebagai momen meraih kemenangan
dengan beragam ritual yang dilakukan, baik wajib maupun Sunnah.
Terlalu
banyak keutamaan Ramadan yang Allah turunkan kepada segenap hamba-hamba-Nya
yang beriman. Di antaranya, diriwayatkan dari Baihaqi, dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah
SAW bersabda. “Pada bulan Ramadan, umatku dianugrahi lima perkara yang tidak
diberikan kepada nabi-nabi sebelumku. Yang pertama, sesungguhnya jika Allah
melihat mereka di awal malam bulan Ramadan, dan barang siapa yang telah dilihat
Allah maka Ia tidak akan mengazabnya selamanya...”, dalam sebuah riwayat lain
oleh Ibnu Huzaimah dalam “Shahihnya” bersumber dari Salman R.A. Rasulullah SAW
berkhutbah di hari terakhir bulan Sya’ban, sabdanya. “Wahai manusia, telah
datang kepada kalian bulan agung yang penuh berkah... barang siapa mendekatkan
diri di dalamnya dengan berbuat kebajikan, maka ia seperti mengerjakan
kewajiban selainnya, dan barang siapa mengerjakan kewajiban di dalamnya, maka
ia seperti mengerjakan tujuh puluh kali kewajiban selainnya.”
Ibnu
Huzaimah dalam kitab “Shahihnya”, mengutif riwayat lain bahwa suatu ketika, seorang
laki-laki datang kepada Nabi SAW dan berkata. “Wahai Rasulullah, tahukah Anda
jika saya telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Anda
adalah utusan Allah, aku juga telah melakukan salat lima waktu, menunaikan
zakat, serta aku telah berpuasa Ramadan dan menghidupkannya, maka termasuk
golongan siapakah aku? Rasulullah menjawab dengan sabdanya, “Termasuk dari
orang-orang yang shiddiq (jujur) dan syuhada (mati syahid dengan
surga garansinya).
Maka
tidak salah jika para generasi terdahulu, seperti para sahabat Nabi, dan yang
datang dua generasi setelahnya (salaf as-shaleh) yang dijuluki sebagai
sebaik-baik generasi, (khaerul qurun) menjadikan Ramadhan sebagai
kesempatan emas untuk mendulang sebanyak mungkin keutamaan (fadha’il)
yang terkandung di dalamnya. Ini terlihat dalam kesungguhan mereka dalam
mengisi Ramadan. Mereka selalu becita-cita untuk mencapai target utama yang
dikehendakinya, yaitu takwa.
Jika
generasi terdahulu saja yang ibadahnya jauh lebih baik dari kita selalu rindu
akan Ramadan, maka kita yang menjadi generasi yang penuh dengan ragam fitnah dan
cobaan semestinya lebih giat dari mereka untuk mengisi bulan Ramadan ini dengan
ragam ritual yang mendatangkan kemuliaan. Kemuliaan pribadi sebagai insan muttaqin
yang akan melahirkan kesalehan sosial. Marhaban Ya Ramadhan!
Ilham Kadir,
M.A. Anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
Comments