Fuad Rumi dan Islamisasi Ilmu

Diskusi
berlangsung di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, sembari
menunggu acara bedah buku “Jihad dan Terorisme dalam Perspektif Hukum Islam”
yang dibedah oleh Prof. Arfin Hamid, dan penulis buku tersebut, Dr. Kasjim
Salenda yang dipandu oleh penulis sendiri.
Dalam
diskusi singkat itu, saya mencoba bertanya tentang pemikiran Fuad Rumi yang menyangkut
dengan gerakan islamisasi ilmu. Pertanyaan ini saya lontarkan pada Prof. Hamdan
Juhannis. Dengan gayanya yang khas, guru besar dengan nama asalnya adalah
Hamdan Junaidi itu menjawab bahwa sebenarnya Pak Fuad merupakan seorang
cendekiawan yang turut memasarkan ide islamisasi ilmu yang telah digagas oleh
Syed Naquib Al-Attas di Malaysia dengan format yang berbeda. Jika Al-Attas
melakukan gerakan islamisasi melalui publikasi ilmiyah dan mendirikan lembaga
pengkaderan berupa perguruan tinggi. Maka Pak Fuad melakukan islamisasi ilmu
dengan lebih sederhana dan meluas, dan tanpa menyebut bahwa yang ia lakukan
adalah sebuah gerakan islamisasi secara konsisten dan sistematis.
Sebagaimana
diketahui, Al-Attas adalah orang pertama yang melemparkan gagasan islamisasi
ilmu secara sistematis pada Konferensi Dunia pertama mengenai Pendidikan Islam
(First World Confrence of Islamic Educaion) yang diadakan di Makkah pada
tahun 1977. Bagi Al-Attas, islamisasi ilmu yang merupakan bagian dari
pendidikan, maka yang pertama dan utama menjadi sasarannya adalah manusia,
objek sekaligus subjek. Jika melalui suatu tafsiran alternatif pengetahuan
tersebut manusia mengetahui hakikat dirinya serta tujuan sejati hidupnya dan
dengan pengetahuan itu ia mencapai kebahagiannya, maka pengetahuan itu walaupun
tercelup dengan unsur-unsur tertentu yang menentukan bentuk karakteristik
dimana pengetahuan itu dikonsepsikan, dievaluasi dan ditafsirkan sesuai dengan
suatu pandangan tertentu, dapat disebut sebagai pengetahuan yang sejati, karena
pengetahuan seperti itu telah memenuhi tujuan manusia dalam mengetahui
segalanya.
Untuk
merealisasikan ide-idenya, Al-Attas lantas menuangkan gagasan-gagasannya dalam
bentuk tulisan ilmiah, di antara karyanya yang spektakuler adalah, Islam:
the Concept of Religion and the Foundation of Ethics and Morality, Angkatan
Belia Malaysia (ABIM), Kuala Lumpur, 1976; The Consept of Education in
Islam, ABIM, Kuala Lumpur, 1980; Prolegomena to the Metaphysics of
Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam,
ISTAC, Kuala Lumpur, 1995; Islam and Secularism, ISTAC, 1992; Risalah
untuk Kaum Muslimin, ISTAC, Kuala Lumpur, 2001, dan banyak lagi. Buku-buku
Al-Attas di atas telah diterjemahkan dalam ragam bahasa asing lainnya, seperti
Jerman, Francis, Turki, Bosnia, Rusia, Persia, Jepang, Korea, Arab dan
Indonesia. Belum ada pemikir Nusantara yang mendapat pengakuan di mata internasional
sebagaimana Al-Attas.
Selain
menuangkan ide dalam bentuk publikasi ilmiah, Al-Attas juga langsung terjun
melakukan pengkaderan melalui International Institute of Islamic Thaought and
Civilization (ISTAC), beliau langsung merancang kampus tersebut dan
memimpinnya. ISTAC adalah satu-satunya pergurun tinggi Islam yang memiliki
koleksi buku perbandinga agama, dan peradaban terlengkap saat ini.
Jika
dicermati secara mendalam, memang Dr. Ir. Fuad Rumi juga telah melakukan proyek
islamisasi dengan cara yang tak kalah dari Al-Attas. Salah satu buktinya
adalah, materi-materi diskusi dwi-bulanan yang dilakukan oleh Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Sulsel. Selaku anggota dewan pakar,
Pak Fuad memiliki andil besar dalam memilih tema-tema diskusi yang nuansa
islamisasinya sangat kental.
Dalam
buku “Al-Qur’an Berbicara, 2013” yang merupakan sebuah kumpulan materi diskusi
yang terhimpun selama tahun 2012, karena penulis ditunjuk sebagai ketua tim
editor oleh pihak ICMI yang diwakili oleh Dr Ir Fuad Rumi, Drs. Waspada
Santing, dan Dr. Andi Tamsil sehingga penulis mengerti secara mendalam isi buku
tersebut. Pak Fuad menulis dalam “Kata Pengantarnya” sebagai berikut. “Pada pertemuan pertama, ICMI mengusung tema
pembahasan tentang “Apa Kata Al-Qur’an
Tentang Manusia”, dengan narasumber, Prof. Dr. Natsir Mahmud dan Dr. Ir.
Fuad Rumi. Pertemuan kedua mengusung tema “Apa Kata Al-Qur’an Tentang
Pendidikan” dengan pembicaranya adalah Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, M.A. dan
Prof. Dr. Jazaruddin, selanjutnya pada sesi ketiga, ICMI mengusung tema “Apa
Kata Al-Qur’an Tentang Kehidupan Kebangsaan dan Bela Negara” yang pembicaranya
adalah “Prof. Dr. HM. Galib Murtala, dan Prof. Dr. HM. Talib Kasnawi, lalu
pertemuan keempat bertema, “Apa Kata Alquran Tentang Kemerdekaan dan Keadilan
Sosial” kali ini narasumber adalah, Dr. H. Mustamin Arsyad, dengan Prof. Dr.
Arifin Hamid, sedang pertemua kelima, temanya adalah “Apa Kata Al-Qur’an
tentang Birokrasi dan Pelayanan Publik”, dengan menghadirkan pembicara utama, Prof. Dr. Arifuddin Ahmad,
dan Prof. Dr. Muin Rahmat. Sedang pertemuan keenam sebagai pertemuan terakhir
di tahun 2012, ICMI mengusung tema, “Apa Kata Al-Qur’an tentang Ilmu
Pengetahuan” dengan narasumbernya adalah, Prof. Dr. Jimly Assiddiqi, Prof. Dr. Ahmad M. Sewang, dan Prof. Dr.
Arief Tiro. Mulai dari pertemuan kedua hingga terakhir, acara selalu dipandu
oleh saya sendiri. Demikian selama satu
tahun diskusi dilakukan secara rutin dua bulan sekali, yang menghasilkan proceding yang ada
di tangan kita sekarang. Diharapkan, apa yang digali dari Al-Qur’an tentang beberapa tema tersebut dapat menjadi
dasar pemikiran lebih lanjut untuk dikembangkan dalam diskusi yang lebih tajam
dan detail melalui serial diskusi berikutnya”.
Prof.
Arfin Hamid yang juga pernah menjadi salah satu narasumber dalam diskusi ICMI
juga mengamini bahwa tema-tema ICMI yang bersumber dari “Apa Kata Al-Qur’an”
adalah bagian yang tak terpisahkan dari proyek islamisasi yang diusung Pak
Fuad. Menurut guru besar yang hafiz Qur’an ini, hal demikian memang sudah
sangat wajar karena Al-Qur’an sangat kaya akan kandungan yang sebagai khalifah,
kita ditugaskan Allah untuk membaca, mengkaji, dan mengamalkannya.
Kini
Pak Fuad telah menghadap keharibaan ilahi untuk selamanya, tugas kita adalah
meneruskan proyek islamisasi ilmu yang telah dilakukan oleh ilmuan yang tutup
usia pada hari Senin (15/7/2013)
bertepatan dengan 6 Ramadhan 1434 H itu. Mati adalah siklus normal bagi setiap manusia, namun tidak banyak yang
namanya tetap harum dan abadi. Melalui ide-ide dan goresan tintanya, Dr. Ir.
Fuad Rumi ‘rahimahullah’ adalah salah satu hamba Allah yang keharuman namanya
akan melampaui umurnya. Wallahu A’lam!
Ilham
Kadir, Anggota MIUMI dan Peneliti LPPI
Comments