Menyambut Ramadan dengan Iman

Acara
pengajian bulanan kaum elite tersebut diawali dengan penampilan para ibu-ibu (ummahat)
yang merupakan wali murid dari Sekolah Dasar Islam Athirah, Makassar. Mereka tampil
menghafal ayat-ayat dari surah an-Naba' beserta maknanya. Selain itu tampil juga seorang anak kecil berumur lima tahun bernama
Habib, putra Ustad Kamal, yang telah menghafal 1,5 juz untuk memperlihatkan
kemampuan halafalannya. Tes dilakukan sendiri oleh ayahnya. Caranya: dengan menyebut ayat-ayat Alquran secara acak
dari juz 29, mulai dari surah al-Haaqah, Nun, al-Qiyamah, al-Mursalat, dan Tabarak.
Setiap potongan ayat yang dibacakan oleh ayahnya yang juga seorang hafidz itu
langsung disambar dan dilanjutkan oleh sang anak tanpa tersendat sedikit pun,
persis dengan anak-anak seumurnya ketika menyanyikan lagu-lagu TK. Ustad Kamal
menekankan bahwa setiap anak di rumah memiliki kemampuan seperti anaknya. Hanya
tergantung seberapa besar dan seriusnya orang tua dalam membimbing para buah
hatinya untuk fokus mengajari mereka hafalan Alquran.
Ketika
Ustad Bactiar Nasir yang akrab disapa ‘UBN’ tampil, beliau memulai ceramahnya dengan menceritakan
pengalamannya sewaktu keliling Jazirah Arabiyah minggu lalu dalam rangka kegiatan syuting kultum jelang buka puasa Ramadhan mendatang di RCTI, katanya, ada seorang pemuda berumur 22 tahun yang mampu
menghafal 4 juz namun tak tahu membaca. Dan disitulah salah satu keagungan
Alquran. Juga pertemuannya dengan seorang teman yang konsen mendidik generasi
muda Gaza di Palestina dengan jumlah sekolah yang mencapai puluhan, para
murid-muridnya diwajibkan menghafal Alquran. Dan ternyata inilah roh pergerakan
Palestina, sehingga walaupun dijajah, mereka
tetap eksis.
UBN
lalu menceritakan perjuangan ibunya dalam mengajarkan Alquran pada dirinya. Yang
menurutnya, ibunya adalah sosok manusia hebat yang mampu memberi tumpuan yang
besar terhadap pendidikan baca tulis Alquran pada dirinya ketika masih
kanak-kanak. Ia lalu mengungkapkan fakta sejarah bahwa pada zaman Rasulullah, Persia dan Romawi mengalami puncak
kemajuannya, namun Rasulullah sama sekali tidak tertarik mengirim para generasi
pelanjutnya untuk balajar pada dua negara adikuasa tersebut. Rasulullah benar-benar
membangun umatnya dengan Alquran. Oleh karena itu, lanjut alumni Universitas
Madinah ini, negara Indonesia ini akan bisa eksis dan maju kalau pemimpinnya memiliki
karakter Alquran sebagaimana para generasi salaf umat ini (assalafu hadzihil ummah).
Air
Zam-zam yang pernah hilang setelah wafatnya Nabi Ismail karena para penduduk
Makkah melakukan kesyirikan, hingga tiba masa Abu Thalib, yang kerap bermimpi mendapat
perintah untuk menggali sumur Zam-zam tersebut. Begitu pula, ketika para
masyarakat Arab Saudi meninggalkan kesyirikan, negara itu menemukan begitu
banyak sumur-sumur, ladang minyak dan gas yang terbesar di dunia. Ini
hanyalah petikan-petikan yang bisa dijadikan ibrah yang intinya, hanya dengan
cahaya Alquran, sebuah negara akan makmur dan sejahtera.
Hati
orang beriman sekarang ini sedang bergelora dalam menyambut Ramadan dengan
penuh iman. Orang yang tidak berbekal
iman pada bulan suci nanti maka ia hanya akan berhaus-haus dan berlapar ria,
maka bekal yang paling penting untuk dipersiapkan sekarang adalah 'keimanan'.
Al kisah, seorang pramugari yang hidup penuh dangan kemaksiatan, mulai dari
meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslimah, kumpul-kebo bersama
suaminya dari orang Barat, minum alkohol, dst. Lalu ia tiba-tiba tersadar dan berkeinginan
untuk naik haji, padahal selama ini ia hanya keliling dunia kemana pesawat itu
terbang, dan akhirnya dia pun naik haji atau melakukan rukun Islam yang kelima
sebagai wujud kesempurnaan seorang agama seorang muslimah. Namun ketika sampai di tanah suci,
dia tiba-tiba pingsan selama empat hari, dalam keadaan tak siuman itulah ia
merasakan dirinya seakan diazab bertahu-tahun, ia melihat dirinya disiksa,
diceburkan dalam air panas yang mendidih, ditusuk dengan besi, dirantai, dikasih makan dengan menu yang
menghancurkan seluruh isi perutnya, dan beragam siksaan lainnya. Inti gambaran yang
diceritakan sang pramugari itu sama dengan kisah-kisah orang-orang yang
dimasukkan ke dalam neraka sebagaimana tersebut dalam Alquran. Minuman dari nanah,
bau busuk, makanan berdarah dan sejenisnya, lalu disiksa dengan siksaan yang tak pernah terlintas dalam benak, tak terpikir oleh akal, dan tak terbesit dalam hati, ma la 'aenun ra'at, wa la udzunun sami'at, wa ma khathara fi fu'adil banyar. Setelah siuman, ia pun taubat dan
berjanji tak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Selanjutnya
UBN menuturkan kisah lain yang masyhur tentang seorang preman yang ingin
bertaubat, karena telah membunuh 99 orang.
Ketika ingin bertaubat dan menghadap kepada rahib (ulamnya orang Yahudi). Rahib
itu mengatakan dengan sombongnya bahwa sang preman tidak akan pernah masuk surga. Dan preman itu pun membunuh rahib tersebut,
kini sudah 100 orang yang telah ia lenyapkan nyawanya dengan paksa dan tanpa
hak. Ketika bertemu dengan orang salih dan menanyakan kedudukan dirinya di
hadapan Alah, orang salih itu memberi harapan bahwa dirinya masih memiliki
waktu untuk bertaubat selama ajal belum menjemput. “Tapi bagaimana caranya saya bertaubat?”
tanya sang preman,"Kamu itu terlalu mudah terbawa oleh lingkunganmu, maka
tinggalkan lingkunganmu yang tidak baik itu, cari tempat yang sosiokulturalnya
mendukung kamu untuk menjadi manusia baik". Sang preman pun mengikuti
nasihat orang salih itu. Dalam perjalanan menuju tempat yang sesuai baginya,
sang preman meninggal dunia. Malaikat berselisih, apakah dia selamat masuk surga atau
tidak. Akhirnya Allah memerintahkan para malaikat-Nya untuk mengukur posisi
tempat meninggal preman itu, apakah dia lebih dekat ke tujuan atau lebih jauh. Jika
dekat berarti ia selamat. Setelah diukur, ia lebih dekat pada tujuannya. Dan
dia pun selamat. Menurut Ibunul Qayyim, taubat
adalah manzilah terbaik, dan kalau ada kerjaan yang terbaik menjelang
Subuh, itu adalah memohon ampun dengan beristigfar, “wa bil ashari hum
yastagfirun”. Demikian firman Allah.
Dengan taubat dan kesucian hati, maka dengan sendirinya seorang mukmin telah siap untuk mengisi hari-harinya pada bulan Ramadhan. Hanya dengan keimanan, kesiapan menyambut bulan suci menjadi bermakna dan berberkah, keimanan akan mengusir seluruh kegalauan seorang mukmin. Ayat shaum yang terdapat kata
"Kama kutiba alalladzina min qablikum" merupakan tasliah lil
mu'minin alias hiburan pengusir galau bagi seorang mukmin. Pada dasarnya syariat shaum
telah ada sejak zaman dahulu, syariat shaum dibutuhkan oleh manusia di
setiap zaman. Setiap manusia pada setiap zaman pasti ingin terkenal, sukses,
hebat, dst. Dengan shaum seseorang mampu mendapatkan itu semua. Kalau
orang dahulu telah melakukan puasa dengan segala kesuksesannya, maka puasa yang
disyariatkan dengan umat yang terkhir ini semestinya lebih mampu sukses dari
mereka. Agar lebih baik 'ketakwaannya' dari umat terdaulu.
Salah satu ibadah
terbaik di bulan puasa adalah membaca Alquran serta mentadabburinya, oleh itu UBN
juga menekankan bahwa jika Alquran ingin merasuk ke dalam jiwa maka hendaklah
membaca bukan hanya sekadar membaca. Ada beberapa tujuan membaca Alquran yang
hendaknya diketahui oleh segenap kaum muslimin. (1) Membaca dengan tujuan ingin
mendapat pahala; (2) Membaca dengan niat
untuk bermunajat kepada Allah, hal ini
akan lebih baik karena karena membaca Alquran adalah sarana berinterkasi dengan
Allah; (3) Membaca Alquran dengan tujuan thalabul ‘ilmi atau belajar,
karena dalam pandangan kaum muslimin, Alquran adalah kitab yang sarat dengan
ilmu, dan merupakan sumber ilmu yang palaing autentik; (4) Membaca Alquran dengan
niat ingin hidup dan beramal sesuai
tuntunan Alquran, kaefa na’isyu ma’al qur’an; dan (5) Memohon kesembuhan
dengan Alquran, karena pada dasarnya manusia itu terlalu banyak memiliki
penyakit, baik penyakit lahir maupun batin, atau al-istisyfa' bil quran.
Sebagaimana firman Allah, wanunazzilu minal quran ma huwa syifa'. Mudah untuk
menyembuhkan orang kesurupan dengan Alquran tapi susah menyembuhkan orang yang
telah bertahun-tahun kesetanan.
Tak lupa
pula, Sekjen MUIMI ini memaparkan keadaan Suriah yang sangat memprihatinkan. Namun
secercah harapan telah muncul karena saat ini para ulama Sunni telah sepakat
bahwa genderang perang Sunni-Syiah telah ditabuh, kini Iran telah mengirim 8.000 tentaranya untuk menghabisi para pasukan Sunni yang berjumlah sebesar 30.000 personil! Jadi jika
ada tokoh yang masih ragu-ragu untuk memvonis kesesatan Syiah, semoga secepatnya
taubat dan kembali ke jalan yang benar, karena jika tidak, maka sia-sialah
hidupnya. Mari melawan penyimpangan akidah yang disebarkan oleh Syiah. Allahu
Akbar! (Ilham Kadir/LPPI & Arrahman-Makassar).
Comments