Pesan dari Masa Silam
Menurut Harun Nasution (1919-1998) salah seorang cendekiawan
muslim Indonesia bahwa salah satu ilmu yang wajib dipelajari seorang
cendekiawan adalah sejarah, selain ilmu-ilmu dasar mabadi’ seperti
pengetahuan tentang bahasa terutama Arab dan ilmu-ilmu yang berkaitan
dengannya, seperti ilmu nahwu (tata bahasa Arab) yang mengupas perbedaan
penggunaan kalimat antara masa lampau, kini, dan akan datang (maadhi, mudhare’,
amar) ilmu sharaf yang mempelajari
kaidah-kaidah bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaannya ketika
masih tunggal (mufrad) dan setelah tersusun menjadi kalimat (murakkab),
juga ilmu balaghah, sebuah pengetahuan bahasa yang mengajarkan tata cara
berbahasa dengan baik, benar, sopan, santun, dan elegan.
Pada ilmu balaghah-lah seseorang dapat menyerap
makna dari sebuah ungkapan baik tersurat maupun tersirat, mengajar bagaimana
mangungkapkan perasaan dzauq agar lawan bicara tertarik menjadi
pendengar (husnul kalam), atau bagaimana seorang pembaca selalu merasa
rindu membaca tulisan kita (ushlubul hakim),merupakan ilmu komunikasi
yang harus dipelajari bagi seorang orator atau penulis. Dari ilmu inilah keluar
kata-kata “innal bayan lasikhr” sesungguhnya kata-kata (oral atau
tulisan) adalah ibarat pukau yang memukau dan “khaerul kalam ma qalla wa
dalla” sebaik-baik perkataan adalah ringkas namun lugas.
Bahasa Inggris juga menjadi bahasa penunjang, terutama
yang berkaitan dengan wacana-wacana keilmuan kontemporer plus untuk mengkaji
sajian-sajian dari tulisan para orientalis yang layak jadi patner (teman
belajar) maupun yang berwatak iblis (tahu kebenaran tapi tetap menolak) dan
ilmuan-ilmuan Islam Barat masa kini, dan sedapat mungkin memiliki pengetahuan
tentang bahasa Latin sebagai bahasa dasar orang-orang Eropa.
Penguasaan bahasa sangat menunjang seorang cedekiawan
untuk terus mengeksplorasi ragam keilmuan termasuk sejarah yang merupakan ilmu
klasik, dimana sebagian menganggap membosankan, namun sebagian lain sangat
menarik. Saya adalah salah satu dari bagian yang cinta membaca dan mengkaji
tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masa lampau. Sejarah memang tidak
sepenuhnya benar jika berasal dari catatan dan goresan tinta manusia yang
memang tak pernah luput dari kekeliruan, sejarah yang pasti dan harus diterima keabsahannya
hanyalah yang berasal dari Firman Allah berupa Alquran dan sabda Nabi-Nya yang
maksum.
Dengan membaca sejarah kita dapat ketahui bagaimana sorang Soekarno (1901-1970) –Presiden perdana Republik Indonesia- membagi priodesasi zaman
menjadi empat, zaman timbul dan berkembangnya bangsa Indonesia yang
diperkirakan semenjak manusia pertama mendiami bumi Indonesia hingga tahun 600
Masehi; zaman kejayaan yang bermula dengan terbentuknya kerajaan-kerajaan
nusantara seperti Sriwijaya, Majapahit, Gowa-Tallo, dan lain-lain, dari tahun
800 sampai 1619 M; zaman penderitaan, bermula sejak masuknya penjajah pada
tahun 1619 sampai 1945 M; dan zaman sosialisme bermula dari zaman kemerdekaan
hingga runtuhnya orde lama.
Dengan belajar sejarah kita dapat mengenal Rajasanegara yang lebih
masyhur dengan nama Hayam Wuruk (1351 - 1389) dibantu oleh Mahapatih Gajah Mada
(1331 - 1364), kedua orang ini adalah pemimpin tertinggi Kerajaan Majapahit
yang kekuasaannya terbentang dari Indonesia hingga Muang Thai. Hampir seluruh
Asia Tenggara ia kuasai. Dengan membuka lembaran sejarah kita dapat menelusuri
petualangan Marco Polo pada abad ke-13, yang pernah singgah di daerah pesisir
utara Sumatera, dalam perjalanannya pulang ke Italia dari Tiongkok.
Ia membukukan bahwa telah berdiri kerajaan Islam di Samudera Pasai yang
dipimpin oleh Malik Assaleh. Ditambah dengan catatan Ibnu Batutah seorang
pengembara dari Maroko pada tahun 1345 M, ia mencatat bahwa ketika dirinya
diutus oleh Raja Hindustan ke Tiongkok ia sempat singgah di Sumatera dan
diterima oleh seorang raja bernama Malik Azzahir, karena ia sebagai utusan dari
Raja Hindustan maka ia pun disambut oleh Raja Pasai dengan upacara kebesaran.
Dengan belajar sejarah kita dapat menyelami ketokohan Kung-fu Tze
yang hidup sekitar tahun 551 - 479 sebelum Masehi, karya-karyanya yang agung
dapat ditelusuri hingga saat ini seperti Yi Ching buku tentang
perubahan-perubahan; Shu Ching atau buku tentang sejarah; Shih Ching
buku tentang sajak atau sastra; Li Ching karya yang berisi tentang tata
cara dan petunjuk-petunjuk dalam ritual;
dan Ch ’un Ch’iu buku sejarah berisi tentang kehidupan di zaman ‘Kung’
yang penuh gejolak dan peperangan.
Kita dapat menikmati hidangan
cerita-cerita yang disuguhkan oleh Aesopos di Yunani yang hidup antara 620 –
560 s.M, atau dapat membayangkan kehebatan bangsa Sparta yang hidup 850 s.M
yang hanya berjumlah 9.000 orang namun dapat menaklukkan dan menguasai bangsa
Yunani dengan jumlah 250.000 jiwa penduduknya, untuk mempertahankan hegemoninya
bangsa yang berasal dari etnis Doria ini selalu siap berperang karena para
generasi memang dilahirkan untuk itu born to fight atau kill or to be killed pilihannya dibunuh atau
membunuh. Juga kita
dapat ketahui karya-karya teori berpidato yang ditulis oleh Cicero (106 - 43
s.M) dengan judul ‘De Oratore’ bahkan karya Quintillianus (34 – 95 M)
seorang ilmuan dari Spanyol yang melahirkan karya berjudul ‘De Institutione
Oratoria’ konten utamanya adalah peraturan-peraturan pendidikan umum
seperti: kelas jangan terlalu sesak, jangan instan dalam menggapai hasil,
materi pelajaran harus variatif, para guru harus mengajar dengan inovatif tanpa
harus memukul. Dan karya-karya dalam bentuk puisi
yang dihasilkan oleh Imru’ul Qays sebelum kedatangan Islam di Jazirah Arabia.
Itu semua dapat kita nikmati dengan membaca sejarah.
Kita semua sangat bertuah karena banyak para pendahulu
yang telah bersusah payah merangkum beragam ilmu lalu ia tulis, sebagaimana
yang tertera pada inskripsi-inskripsi kuno dalam pyramid, batu-batu cadas
peninggalam ribuan tahun silang, naskah-naskah di atas daun lontar seperti magnum
opus-nya I La Galigo yang terpanjang dalam sejarah tulis-menulis cucu nabi
Adam, papyrus, dan sebagainya. Dan
tentu saja yang harus terus dikenang adalah jasa Tsai Lung (lf.105 M) yang telah menemukan kertas sebagai media untuk mengabadikan ilmu.
Dengan memahami sejarah kita akan sadar, betapa besarnya karunia
yang Allah berikan kepada kita semua, kedatangan Islam telah menjadi bukti
nyata bahwa manusia diciptakan dengan memiliki derajat sama di sisi-Nya, yang
membedakan hanyalah tingkat ketaatan. Kontras dengan Hindu zaman dahulu yang memuliakan seseorang berdasarkan kastanya, bermula dari brahma
yang merupakan orang pilihan seperti agamawan dan pemimpin; ksatria atau para
pemberani (pahlawan); waisya yaitu golongan pertengahan seperti para petani,
peternak, pegawai, dan sejenisnya; dan kasta yang terendah adalah sudra, mereka
adalah kelas buruh kasar yang berasal dari budak. Antara satu kasta dengan
lainnya tidak dibolehkan menjalin pernikahan apalagi berganti kasta.
Ya, tulisan adalah media untuk mengukir sejarah. Dan sejarah adalah
pesan dari masa silam yang tidak menutupi kemungkinan berulang
kembali. Hidup memang bergerak ke depan namun hanya bisa
dipahami saat kita melihat ke belakang! Begitu kata pepatah. Sejarah adalah
pesan dari masa silam untuk masa depan!
(Ilham Kadir, BA. Mahasiswa PPS UMI Makassar,
Peneliti LPPI Indonesia Timur)
Comments