KH. Jamaluddin Amin: LPPI Lembaga Pewaris Ajaran Para Nabi

Masjid
menjadi pilihan untuk mengadakan rapat karena dari masjid-lah spirit perjuangan
membela kebenaran terus berhembus, walau ada pula yang mengusulkan jika
pertemuan seperti ini lazimnya di hotel, LPPI menghargai pendapat itu, namun
jiwa keberanian melawan segala bentuk penyimpangan idealnya berasal dari Rumah
Allah. Dan ini telah dicontohkan oleh Rasulullah yang menjadikan masjid sebagai
basis perjuangan, termasuk menyusun strategi baik politik maupun perang, bahkan
masjid adalah markaz untuk latihan perang, demi melawan para musuh Allah.
Pada
acara pembukaan, terlihat hadir beberapa tokoh masyarakat, ulama, dan akademsi
dari lintas kampus. Di antaranya, ulama kharismatik Muhammadiyah, KH.
Jamaluddin Amin, dari akademisi Unhas terlihat Dr. Nunding Ram, serta beberapa
perwakilan dari ormas keagamaan lainnya.
Acara
pembukaan dimulai oleh protokol, lalu pembacaan ayat suci Alquran oleh Ustad
Sholihin, seorang qari nasional yang profesional, lalu laporan singkat dari
Ketua LPPI, Ustad H. Muh. Said Abd. Shamad, Lc. Dalam laporannya beliau memaparkan
beberapa program-program LPPI yang telah berjalan, termasuk sosialisasi fatwa
MUI pada masyarakat luas. “Kehadiran LPPI hingga saat ini masih tetap berpedoman
pada apa yang digariskan dan difatwakan oleh MUI, dalam hal ini terkait
kebenaran dan kesesatan sebuah ajaran dalam agama Islam, kita hanya bertugas
mensosialisasikan fatwa yang sudah jelas statusnya, kendati LPPI juga tetap
memberi usulan dan masukan kepada MUI untuk meneliti hal-hal yang dianggap
sesat namun belum difatwakan,” tegas Ketua LPPI yang juga anggota Majelis
Tarjih Muhammadiyah Sulsel ini.
Pembicara
kedua adalah Prof. Dr. Amiruddin Aliah selaku Koordinator Penasihat LPPI
Indonesia Timur, dalam sambutannya, Profesor ilmu kesehatan Unhas ini menilai
pentingnya sebuah organisasi, menurutnya, Allah pada hakikatnya sangat
mencintai para hamba-Nya yang berjuang dengan teratur dan bersaf-saf,
sebagaimana tertulis dalam Alquran, “Sesungguhnya
Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Al-Hasyr:4).
Selain itu, beliau juga menegaskan bahwa salah satu bentuk
organisasi yang bekerja adalah yang mengadakan rapat kerja, dalam rapat itulah
akan dibahas program-program baik yang telah berlalu maupun yang akan datang. Dengan
rapat kita dapat melakukan evaluasi, termasuk target-target yang telah tercapai
maupun belum, jika belum apa kendalanya, apakah kendalanya dapat diatasi atau
sebaliknya. Lalu program yang akan datang disusun, menentukan target, lalu
berusaha meraih target-target yang telah tersusun dengan rapi. Ini semua
menjadi bahan penting yang harus dibahas dalam rapat kerja kali ini. Tegas sang
Guru Besar.

Acara pembukaan kali ini ditutup dengan tausiyah dari Dewan
Penasihat LPPI Indonesia Timur, yaitu KH. Jamaluddin Amin. Beliau menekankan
bahwa Syiah itu asal mulanya datang dari seorang Yahudi bernama Abdullah bin
Saba’ yang pura-pura masuk Islam, lalu menanamkan ajaran bahwa setiap nabi yang
diturunkan Allah ke bumi ini memiliki washiyun –seseorang yang mendapat
wasiat khusus dari sang nabi— dalam agama Islam menurut Abdullah bin Saba yang
mendapat wasiat itu, di antara sekian banyak sahabat Rassulullah cuma satu,
yakni Ali ra. Jadi ketika Rasulullah wafat, lanjut sesepuh Muhammadiyah ini,
maka dalam pandangan pengikut Abdullah bin Saba yang disebut Syiah ini, yang
berhak menjadi khalifah adalah Ali ra, bukan Abu Bakar, Umar, apalagi Utsman. Mereka
inilah yang dikatakan merampas hak kekhalifahan Ali ra. Jelas ini adalah
pemahaman yang sesat dan menyesatkan, mereka harus dilawan. Lanjutnya.
Selanjutnya, mantan Rektor UNISMUH
Makassar ini menegaskan bahwa Allah SWT memberikan dua jaminan pada
agama-Nya. Jaminan pertama, bahwa Allah menjaga agama-Nya (Islam) dalam
artian tidak akan lenyap di muka bumi dan agama ini dapat dilihat dari
kitab suci Alquran sebagai sumber ajaran. Dan Allah menegaskan dalam
firman-Nya bahwa Alquran itu tak pernah berubah, إنا نحن نزّلنا الذكر وإنا له لحافظون "Sesungguhnya Kami menurunkan Alquran dan Kami pula yang menjaganya"
(QS. [15]: 9). Kata 'Innaa' berarti sesungguhnya 'Kami' menunjukkan
bahwa yang menjaga agama ini adalah Allah beserta aparat-Nya, termasuk
dalam hal ini Malaikat, Nabi, Rasul-rasul, para sahabat, tabi'in,
tabi'ut tabi'in, para ulama mu'tabar, termasuk juga LPPI. Jaminan kedua
-lanjut mantan Ketua PW. Muhammadiyah Sulsel ini-, Allah menjaga
agama-Nya dari para musuh-musuh Islam yang senantiasa ingin
menghancurkan dari masa ke masa karena memang Islam-lah satu-satunya
agama yang diridhai dan diterima oleh Allah. Beliau juga mengutip
perkataan KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, "Islam ini tidak akan hilang dari muka bumi, tapi tidak mustahil hilang dari Indonesia".
Padahal –masih menurut KH. Jamaluddin— kalau kita mau jujur, hanya
Abu Bakar-lah sahabat Nabi satu-satunya yang disebut sahabat dalam Alquran karena
kesetiaan dan kebersamaannya bersama Rasulullah, terutama dalam keadaan duka,
sebagaimana disebut dalam Alquran ketika peristiwa hijrahnya Rasul bersama Abu
Bakar yang didahului dengan bersembunyi di Goa Hira. “Idzhuma fil Ghari, idz
yaqulu lishahibihi, la tahzan innallah ma’ana, [ketika mereka beruda ‘Rasulullah
dan Abu Bakar’ dalam goa, Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, jangan bersedih
sesungguhnya Allah bersama kita]”. Untuk itu, lanjut Pak Kiyai, LPPI jangan
merasa sendirian dalam berjuang, kita semua harus bersatu membantu LPPI untuk
melawan aliran sesat, seperti Syiah karena LPPI telah menjadi pewaris dan penjaga
ajaran para nabi, tegasnya. “Ingatlah bahwa pertolongan Allah itu selalu ada,
dan kemenangan kian mendekat, nasrun minallah wa fathun qarib.” Tutup ulama
yang telah berusia 83 tahun ini.

(Ilham Kadir/ilhamkadir.lppimakassar.com)
Comments