Film Innocence Of Muslim yang Nonsens

Dari Libya, unjuk rasa menyebar
ke negara-negara lain di Timur Tengah, Afrika, dan negara-negara berpenduduk
mayoritas muslim lainnya, seperti Afganistan, Pakistan, Malaysia hingga
Indonesia. Para demonstran juga merusak kedutaan besar Amerika Serikat dan
menyerukan slogan-slogan anti AS. Kabar terakhir menyebutkan, korban tewas
telah mencapai 17 orang. Ratusan lainnya luka-luka. (Vivanews.com. 17/9/2012).
Menteri Luar Negeri AS Hillary
Clinton menegaskan pemerintah AS tidak ada hubungannya dengan film konyol
itu. Meski dibuat oleh warga negara AS, istri mantan Presiden Bill Clinton
itu menyatakan jika dia termasuk orang
yang menentangnya. "Kami benar-benar menolak isi dan pesannya," dia
menegaskan. "Bagi kami, dan bagi saya pribadi, video itu sangat
menjijikkan dan tercela. Tampak jelas sekali itu memiliki tujuan yang sangat
sinis, yakni merendahkan agama dan memancing kemarahan." (Republika.
Online. 17/9/2012).
Film “Innocence of Muslim” juga menyeret nama sutradaranya,
Nakoula Basseley. Nakoula adalah
warga Amerika Serikat berdarah Mesir. Pria yang lahir 55 tahun lalu itu tinggal
di kota Cerritos, di negara bagian California, AS. Patut dicatat, meski
beragama Kristen Koptik, dia bukanlah seorang umat Kristen yang saleh bahkan
dia sejatinya adalah seorang kriminal.
Nakoula pernah beberapa kali tersandung masalah hukum. Pada tahun 1997, dia pernah ditahan kantor Sherif Los Angeles. Pada 27 Maret 1997, dan didakwa karena memproduksi metamfetamin. Mengaku bersalah, Nakoula dijatuhi hukuman satu tahun penjara dan tiga tahun masa percobaan pada 3 November 1997. Kantor Kejaksaan mengatakan dia melanggar masa hukuman percobaannya pada 8 April 2002 dan kembali dijebloskan ke bui selama satu tahun.
Pada 2010, dia terlibat penipuan bank--yang kini dijadikan alasan aparat AS untuk menahan dan memeriksanya. Sejak film amatirnya itu menuai protes keras dari banyak umat Islam, Nakoula bersembunyi. Dia menjauhkan diri dari lingkungan sosialnya. Berbagai pihak mencoba menelusuri identitas dan keberadaan produser yang semula disebut-sebut bernama Sam Bacile, seorang Yahudi anti-Islam.
Nakoula pernah beberapa kali tersandung masalah hukum. Pada tahun 1997, dia pernah ditahan kantor Sherif Los Angeles. Pada 27 Maret 1997, dan didakwa karena memproduksi metamfetamin. Mengaku bersalah, Nakoula dijatuhi hukuman satu tahun penjara dan tiga tahun masa percobaan pada 3 November 1997. Kantor Kejaksaan mengatakan dia melanggar masa hukuman percobaannya pada 8 April 2002 dan kembali dijebloskan ke bui selama satu tahun.
Pada 2010, dia terlibat penipuan bank--yang kini dijadikan alasan aparat AS untuk menahan dan memeriksanya. Sejak film amatirnya itu menuai protes keras dari banyak umat Islam, Nakoula bersembunyi. Dia menjauhkan diri dari lingkungan sosialnya. Berbagai pihak mencoba menelusuri identitas dan keberadaan produser yang semula disebut-sebut bernama Sam Bacile, seorang Yahudi anti-Islam.
Wall Street Journal (WSJ)
dalam sebuah artikelnya mencoba menelusuri produser film yang ketika itu
asal-usulnya masih misterius. Selasa pekan lalu lalu, WSJ berhasil
menghubungi Sam Bacile melalui telepon. Kepada WSJ dia mengaku
berumur 52 tahun dan warga negara Amerika keturunan Israel. Dia juga
terang-terangan mengaku anti Islam, bahkan menyebut agama ini sebagai
"kanker peradaban".
Dalam catatan pemerintah
Amerika dan Israel, tidak ada warga mereka bernama Sam Bacile. Media di AS yang
menelusuri riwayat Bacile, belakangan mengungkapkan bahwa dia juga ternyata
bukan seorang Yahudi, melainkan seorang keturunan Arab. WSJ melacak
nomor telepon Bacile, dan ternyata dia beralamat di Cerritos, California. Di
alamat itu, tertera nama penghuninya bukan Bacile, melainkan Nakoula Basseley Nakoula,
seorang produser film. Kepada salah satu awak media, Nakoula pernah membantah
bahwa dia adalah Bacile.
Kini, setelah identitasnya
diketahui, Nakoula menyerahkan diri ke aparat dan membuat pengakuan
mengejutkan: dialah sang pembuat film "Innocence of Muslims" yang
telah membuat marah umat Islam itu. Pria yang mengaku sebagai pembuat film Innocence
of Muslims, menyerahkan diri. Sabtu malam waktu setempat, 15 September
2012, dari kediamannya di kota Cerritos, negara bagian California, AS, dia
dijemput sherif setempat.
Film berdurasi dua jam itu dia
buat tahun lalu di California selama tiga bulan. Dalam menggarap film ini,
Nakoula mengaku bekerja sama dengan 60 aktor dan 45 kru. Untuk mendanainya, dia
mengaku mendapat donasi sekitar US$5 juta dari 100 orang Yahudi. Namun, saat
ditanya siapa, dia menolak mengidentifikasinya. Belakangan, kru dan para
aktor film Innocence of Muslim mengaku diperdaya Nakoula. Mereka
merasa telah dibohongi sang produser yang tiba-tiba mengubah judul dan naskah
di tengah-tengah proses syuting, tanpa sepengetahuan mereka.
Lagu Lama
Penghinaan disertai pelecehan terhadap
Nabi Muhammad SAW adalah ibarat lagu lama yang terus dirilis, yang berbeda
hanya para pelaku dan metodenya saja. Pesan intinya tetap sama, pelecehan
terhadap pribadi dan ajarannya. Dengan melecehkan nabi dan rasul terakhir itu,
maka secara otomatis ajarannya juga akan dianggap cacat.
Pada umumnya para orientalis,
Yahudi dan beberapa penganut Kristen yang tidak taat menyerang Nabi dari dua sisi. Pribadi dan ajarannya. Bacile
misalnya, beliau mencoba menyerang Muhammad SAW dengan menggunakan metode
berbeda, yaitu media film, berbeda dengan para pendahulunya yang kerap
menyerang pribadi Nabi melalui tulsan-tulisan.
Sebut saja, Robert Morey
penulis buku “The Islamic Invasion, Confronting the World’s Fastest Growing
Relegion,” dalam buku tersebut beliau terang-terang menyerang pribadi
Rasulullah dengan menyimpulkan bahwa: Nabi adalah manusia pemarah, tidak suka
ditanya, gemar membunuh, selalu memohon ampun karena ia adalah seorang pendosa,
dan seorang yang haus akan seks sehingga selain memiliki istri sah dengan
jumlah banyak, juga memiliki sex patner.
Selain pribadi, ajaran Nabi
Muhammad, khususnya hadis yang bersumber dari ucapan, dan segala bentuk
gerak-gerik Nabi (termasuk diamnya) juga menjadi sasaran. Serangan orientalis
terhadap hadis dilancarkan secara bertahap, terencana dan bersama-sama. Ada
yang menyerang matan (isi)-nya seperti Sprenger, Muir dan
Goldziher. Menyerang isnad (riwayat)-nya seperti Horovitz, Schacht dan
Juynboll.
Serangan mereka diarahkan ke
semua kategori, sebagian menyerang hadis sejarah yang berhubungan dengan sirah
(perjalanan hidup Nabi dan Islam). Misalnya Kister, Scholler, Motzki. Sebagian
yang lain menggugat hadist hukum atau fikih seperti Shacht, Powers dan Gilliot.
Tapi serangan yang bertubi-tubi dan sistematis yang menelam banyak
duit itu, hanya nonsen belaka, tidak sepadam dengan hasil yang digapai karena
hingga saat ini umat Islam tetap teguh menghormati dan memuliakan Rasulullah,
menganggap bahwa beliau adalah manusia paling mulia, mengamalkan ajarannya, dan
tetap menjadi manusia beriman. Salah satu ciri orang beriman adalah mencintai
Allah dan rasul-Nya lebih dari siapa pun, dan rela berkoraban demi membela
keduanya. Wallahu A’lam!
ILHAM KADIR, MAHASISWA PASCASARJANA UMI MAKASSAR, PENELITI LPPI
INDONESIA TIMUR.
Comments