Cintailah Cinta

Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III, 2001), cinta diartikan sebagai
perasaan suka sekali, sayang benar, kasih sekali, terpikat, ingin sekali, dan
berharap sekali. Berbeda dengan bahasa Arab yang dipilih Allah menjadi bahasa
Alquran, terdapat cukup banyak ungkapan dan kosakata yang dapat duguna-pakai
dalam menunjukkan arti cinta, sesuai tingkat kekuatan dan pengaruhnya pada diri
sang pencinta.
Alquran
banyak menggunakan kata hubb dalam menerangkan makna cinta, setidaknya
kata ini terulang dalam Alquran dengan pelbagai bentuknya sebanyak 93 kali.
Jalaluddin Abdurrahman asy-Syuyuti (1454-1505) salah seorang ulama besar,
memiliki analisis khusus dan menarik tentang kata ‘hubb’ alias cinta.
Menurutnya, hubb dalam bahasa Arab adalah satu kata yang terangkai dari
dua huruf, yaitu ha dan ba. Pemilihan kedua huruf ini memiliki
makna epistemologis yang tak mudah dipahami. Huruf ba terucap (makhraj) melalui ujung
kerongkongan paling dalam yang merupakan sumber suara. Tempat keluar –suara itu– tidak jauh
dari jantung (hati) yang merupakan sumber cinta, sedang huruf ba lahir
dari pertemuan kedua bibir yang merupakan akhir tempat keluarnya suara.
Dengan
demikian menurut Asy-Syuyuti lewat analisis kajian kebahasaan tentang makna hubb
secara filisofis sebagaimana yang dikutif oleh Prof. Quraish Shihab dalam “Perempuan,
dari Cinta sampai Sex, dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah, dari Bias Lama
Sampai Bias Baru, 2005” kata hubb (cinta) dapat bermakna menghimpun
awal dan akhir sekaligus mengisyaratkan bahwa cinta adalah awal perasaan yang berlanjut hingga akhir.
Dengan
mengetahui makna cinta dengan benar, maka tanda-tanda cinta di atas dapat kita
jumpai ketika membahas tentang cinta antarsesama manusia. Cinta antarsesama
anak cucu Adam adalah relasi antara dua ‘aku’. Ke-aku-an kedua belah pihak
dihormati tetapi kemudian berlebur menjadi satu ke-aku-an. Karena cinta
menghendaki adanya dua ‘aku’ maka siapa pun yang ego –mementingkan dirinya
sendiri dari yang lain –tak layak disebut saling cinta.
Cinta
antar lawan jenis timbul bisa disebabkan oleh lezatnya yang dicintai. Tidak
sedikit wanita bisa jatuh cinta kepada lelaki
kendati sang lelaki tidak tanpan, namun karena merasakan kepuasan seksual atau
kecocokan lain. Beberapa waktu yang lalu, ada seorang wanita cantik, berduit,
dan juga berprofesi sebagai artis papan atas yang sudah sangat terkenal, rela
meninggalkan keluarga dan karirnya demi untuk bersama seorang lelaki pujaan
hatinya yang tidak lebih tanpan, salih, dan terkenal dengan suami lamanya.
Belakangan sang artis mengaku jika masalah perceraiannya dengan suami
pertamanya terkait dengan kebutuhan di atas kasur.
Cinta
bisa tumbuh karena adanya manfaat bersama yang diperoleh dari jalinan sebuah
cinta, seperti antara politisi denga pebisnis, artis dengan menteri, guru
dengan kepala sekolah, kiai dengan ustadzah, santri dengan satriwati, mahasiswi dengan dosen dan seterusnya. Yang
jelas, cinta sejati kerap muncul dan terjalin jika sifat-sifat dan karakter
antarkedua belah pihak ada kecocokan.
Salah
seorang ulama besar yang berasal dari Andalusia, Ibnu Hazm (384-456 H), mengungkapkan hasil penelitian dalam
karyanya “Thauq al-Hamamah fi Ilfah wal Ullaf” tentang tanda-tanda orang
yang sedang jatuh cinta, di antaranya adalah, orang yang jatuh cinta dapat
dilihat melalui pandangan matanya, melalui tatapan mata rahasia, jiwa beserta
kedalaman isinya dapat terungkap dan tersingkap; orang-orang dimabuk cinta
dapat diketahui lewat pembiacaraannya, sang pencinta selalu mengiyakan
pembicaraan yang dicinta walaupun itu mustahil adanya; munculnya kegirangan
jika tiba-tiba berpapasan dengan dambaan hatinya di jalan, ada kegugupan dan
getaran hebat manakala bertemua tanpa janji bagi sang kekasih; selalu menurut
untuk melakukan apa pun yang diminta sang pujaan, walau pekerjaan itu tak
sanggup dan tak pernah ia lakukan sebelumnya, dan banyak lagi. Menurut ulama
besar yang terkenal radikal ini, tanda-tanda cinta itu lahir sebelum api cinta
dinyalakan dan picu cinta dilepaskan, dan sebelum sumbu cinta dikobar dan
diledakkan.
Lagi-lagi
Ibnu Hazm, dialah orang pertama meneliti, menulis dan menjelaskan bahasa mata
yang digunakan oleh para pencinta pada masanya. Kelopak mata dipecah menjadi
empat bagian. Setiap gerakan bagian memiliki makna khusus. Kerlingan dengan
ujung sebelah mata berarti melarang, membuka kelopak mata secara perlahan-lahan
berarti setuju, melayukan pandangan mata berarti situasi telah aman dan tidak
ada lagi masalah, memandang secara terus menerus menandakan kesedihan,
sedangkan membuka dan menutup kelopak kedua mata berkali-kali dengan cepat
mengandung peringatan agar berhati-hati. Mata, menurutnya, dapat menggantikan
lisan berkata-kata kepada sang kekasih.
Kecuali
itu –lanjut Ibnu Hazm –cinta sejati harus ada gejolak, ibarat laut yang
bergelombang, maka ujian cinta pun kerap datang, seperti muculnya kegelisahan
dan gundah-gulana yang mahadahsyat karena sang pujaan mulai berpaling.
Ciri-cirinya adalah, jika yang bersangkutan malas bergaul, menarik dan
mengeluarkan nafas dalam-dalam, banyak merenung, dan sering melamun. Cobaan
lain, katanya, buruk sangka, dan saling melontarkan kata tuduhan yang tak
beralasan atau kurang percaya akan ketulusan cinta pujaannya hingga terus
mengirim mata-mata untuk mengintai dan mengawasi sang pujaan, jika kelewatan
akan terjadi pertikaian yang tak kalah dahsyat.
Para
pemuja cinta

Nabi
Daud dan anaknya, Nabi Sulaiman ‘alaihimassalam, menikah dengan seratus
wanita sekaligus. Orang-orang Yahudi hingga kini masih tetap mencela dan
mengejek perbuatan nabi mereka, padahal Allah telah menurunkan pembelaan
terahadap kedua rasul-Nya itu, bahwa hal demikian termasuk karunia cinta dan
nikmat yang diberikan Allah. Nabi Ibrahim juga memiliki seoang wanita cantik
lagi jelita, namanya Sarah. Namun karena alasan keturunan sehingga cinta sang
rasul juga bersemi pada Hajar, pembantunya. Dari kedua istrinya terlahirlah
bangsa besar, Bani Israil dan bangsa Arab.
Amr
bin Ash, ra. Berkata, “Saya diutus Rasulullah SAW memimpin pasukan, yang di
dalamnya juga termasuk Abu Bakar dan Umar. Setelah pulang, saya lantas bertanya
kepada Rasulullah, ‘Siapakah orang yang engkau paling cintai?’ Nabi balik
bertanya, ‘Apa maksudmu?’, ‘Saya ingin mengetahui’ jawab Amr. ‘Aisyah,’ jawab Rasulullah.
‘Yang saya maksudkan dari kalangan laki-laki.’ Rasul menjawab. ‘Bapaknya!’”
(HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda, “Seandainya
aku boleh menjadikan seorang dari penduduk bumi ini sebagai kekasih, maka pasti
aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih, akan tetapi sesungguhnya sahabat
kalian [Muhammad] adalah seorang kekasih Allah.” (HR. Muslim). Jika ada golongan yang mangaku sebagai ‘pencinta
kelurga nabi [ahlul bayt]’ lalu mencela dan melaknat Abu Bakar dan Aisyah
–sebagaima ajaran Syiah Rafidhah–
maka sejatinya mereka adalah golongan
penebar kebencian dan musuh Ahlul Bayt. Siapa yang menabur dan menebar
kebencian terhadap sahabat Nabi, maka sejatinya mereka telah meledakkan sumbu
perang kepada Allah, Rasulullah, dan seluruh umat Islam.
Cinta
–lanjut Ibnul Qayyim– dapat mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran,
mendorong untuk berpakaian rapi, makan yang baik-baik, memelihara akhlak mulia,
membangkitkan semangat, mengenakan parfum, memperhatikan pergaulan yang baik,
menjaga adab dan kepribadian. Seorang penyair berdendang, “Bukan karena
dorongan nafsu kubangkitkan cinta, tapi kulihat cinta itu adalah akhlak mulia!”
Namun
cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang salih dan cobaan bagi para ahli
ibadah. Cinta merupakan timbangan akal dan rasa, merupakan ciptaan mulia, dan
anugrah yang tak ternilai. Oleh karena itu cintailah cinta, perlakukan ia
dengan adil, jangan zalimi, apalagi dihinakan hanya karena dorongan hawa nafsu
yang membara. Padamkanlah dengan air sembahyang, embun zikir, dan salju puasa.
Dalam
karyanya yang berjudul “Al-Jawab al-Kafi Liman Sa’ala ‘an ad-Dawa’ asy-Syafi’,
[Mengetuk Pintu Ampunan, Meraih Berjuta Anugrah]” Ibnul Qayyim memberikan tips
agar terelak dari perangkap cinta sesat love abused, menurutnya pangkal
musibah yang menimpa manusia adalah berawal dari pandangan yang melahirkan
getaran dan bisikan dalam hati, kemudian hati melahirkan pemikiran kotor yang
menggerakkan syahwat, dan syahwat melahirkan keinginan, lalu tekad yang bulat,
maka terjadilah perbuatan maksiat dengan cinta sesaat, temporary love.
Maka hindarilah memandang wanita berlama-lama. Nasihat ini –menurut Ibnul
Qayyim– singkron dengan sabda Rasul, “Wahai ‘Ali, jangan kamu ikuti satu
pandangan dengan pandangan berikutnya, sebab milikmu hanya pandangan pertama,
dan yang selanjutnya hanya akan menambah dosa. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan
Ahmad).
Cinta
akan selalu bersemi kapan dan di mana pun, bukan hanya pada hari-hari tertentu,
jangan pernah ingin disesatkan dengan parayaan cinta yang hanya sekali dalam
setahun –yang katanya– jatuh pada hari ini, atau tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Mereka menyebutnya
‘valentines day’, atau ‘hari kasih sayang’ banyak yang terjebak dalam memaknai hari ini
dengan mengumbar nafsu syahwat. Mereka sejatinya telah mengotori dan menodai
cinta. Cintailah cinta dengan mulia. Wallahu a’lam!
Ilham
Kadir, Peneliti LPPI Indonesia Timur
Comments