Waktu Adalah Pedang
Ilham Kadir, Mahasiswa Pascasarjan UMI Makassar,
Pengurus FUI Dan BAKPRMI Sulsel, Peneliti LPPI Indonesia Timur.
Dentuman
suara kembang api bersahut-sahutan dipadu dengan cahayanya yang beraneka ragam
warna dan bentuk, juga suara terompet tahun baru yang memekakkan telinga,
keadaaan begitu meriah terjadi di pantai, lapangan, jalan raya, lorong-lorong,
hingga gang-gang sempit. Begitulah suasana pesta pergantian tahun berlangsung.
Manyarakat berkumpul di tempat-tempat tertentu, menunggu momen-momen penting,
detik-detik terahkhir menuju tahun baru 2013, yang biasa disebut count down,
menghitung mundur dari detik kesepuluh menuju detik tarakhir.
Tidak
sedikit orang kampung tumpah ke kota turut menyaksikan count down, atau
orang-orang kaya Indonesia yang terbang ke Singapura hingga Las Vegas untuk
itu. Jika musim lebaran, orang kota pulang ke kampung (mudik) maka pada malam
tahun baru orang kampung masuk ke kota, dan orang kota mencari kota yang lebih
besar dan meriah perayaan tahun barunya.
Begitulah
keadaan pergantian tahun setiap tahunnya secara umum, kendati ada juga sebagian
umat Islam yang menggunakan momen akhir tahun sebagai wadah untuk melakukan
ibadah dan mengevaluasi diri. Ada beberapa tempat yang justru dipenuhi oleh
masyarakat yang datang untuk berzikir dan mendengar taushiyah sebagaimana di
Masjid At-Tin Jakarta dan Rujab Gubernur Sulsel.
Seorang
teman ditelpon oleh rakannya, yang meminta dirinya untuk menghadiri acara
pergantian tahun baru sambil berkumpul di suatu tempat dengan kawan dan para
koleganyanya yang lain, sang teman menjawab, “Maaf, saya tidak bisa datang,
malam ini kami hanya ingin bersama keluarga, mau melakukan taklim
[belajar agama] sambil muhasabah bersama keluarga.”
Pendek
kata, banyak cara yang dilakukan dalam menyambut tahun baru Masehi, ada yang
bermanfaat dan mendatangkan pahala serta berkah, ada pula yang sebaliknya,
bermaksiat yang mendatangkan dosa dan bencana. Begitulah faktanya. Sejatinya
pergantian tahun baik Hijriah, maupun Masehi hanyalah pergantian waktu semata.
Waktu, berasal dari bahasa Arab ‘waqt’ yang disamakan dengan ‘masa’.
Makna waktu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seluruh rangkaian saat
ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Maka dengan
itu, dapat diartikan jika arti pergantian waktu adalah pergantian proses,
perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung, dan waktu yang telah berganti,
walaupun terjadinya baru sepersekian detik, menjadi masa lalu dan waktu yang
belum terjadi walau seper sekian detik dari sekarang adalah masa depan.
Oleh
karena itu terjadinya pergantian tahun yang berlangsung sepersekian detik bukanlah
hal istimewa karena setiap sepersekian detik waktu terus berganti. Jika
pergantian tahun, seperti pergantian tahun Masehi menjadi istimewa, itu
merupakan perayaan yang berasal dari ajaran para penyembah Dewa Janus pada
zaman Romawi Kuno. (Republika, 28/12/2012).
Dalam
menyikapi waktu dan pergantiannya, Islam telah memberikan pedoman bagi
penganutnya. Jangan mencela waktu atau masa. Rasulullah pernah bersabda.
“Janganlah kamu mencela masa karena Allah berfirman, “Aku adalah masa, malam
dan siang adalah milik-Ku. Aku menjadikannya baru dan berlalu. Dan, Aku
mengganti para penguasa dengan para penguasa yang baru.” (HR Ahmad).
Menyikapi
firman Allah dalam hadis di atas, Imam Syafi’i memberikan penjelasan mengenai asbabul
wurud-nya. Pada masa Arab Jahiliah ketika bangsa Arab ditimpa bencana
mereka menganggap bahwa yang melakukan semua itu adalah masa. Lalu mereka pun
mencela masa, padahal yang melakukan semua itu adalah Allah.
Dengan
perkataan mereka itu, seakan-akan mereka mencela Allah karena menganggap Allah
yang melakukan semua itu, perbuatan mencela masa dilarang karena Allah adalah
masa dengan merujuk maksud celaan tersebut, karena setiap kejadian yang buruk
tersebut mereka tujukan kepada Allah yang menjadikan masa. Untuk
itu dalam menyikapi pergantian tahun yang telah berlalu beberapa jam yang lalu,
kaum muslimin dilarang untuk mencela
tahun yang telah berlalu, misalnya mengatakan bahwa tahun 2012 adalah tahun
yang buruk dan sial. Pulangkan semua keburukan kepada diri kita masing-masing
yang telah banyak berbuat buruk, melakukan banyak kesalahan sehingga
mendatangkan kesialan.
Mari
menjadikan pergantian waktu untuk muhasabah, mengevaluasi, atau introspeksi
diri untuk kesiapan diri menghadapi masa depan, sebagaimana firman Allah,
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. [wattaqullah,
wal tanzdur nafsun ma qaddamat lighadin]”
Dalam
sebuah hadis dari Syadad bin Aus yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi,
Rasulullah bersabda. “Orang-orang yang pandai [alkays] adalah yang
menghisab [mengevaluasi] dirinya sendiri
serta beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan, orang yang lemah
adalah yang sering mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap
Allah.”
Muhasabah
bukanlah ritual ibadah mahdah, sebagaimana salat dan puasa yang telah
ditentukan waktunya. Tidak ada aturan khusus jika muhasabah adalah ritual yang
sebaiknya atau wajib dilakukan setiap menjelang pergantian tahun. Muhasabah
boleh dilakukan kapan saja dan di mana saja. Lebih sering melakukan muhasabah
akan lebih baik karena kita selalu tau apakah kita berada pada jalan yang benar
menuju target dan tujuan yang kita inginkan. Cara
muhasabah juga bermacam-macam, ada yang berzikir, tafakkur, hingga mendengar
siraman rohani dari para ustad. Rasulullah juga pernah melakukan muhasabah
bersama para sahabat-sahabatnya, dengan cara menggambar sebuah garis panjang di
atas tanah. Para sahabat pun datang berkerumun untuk memperhatikan apa yang
beliau lakukan. Setelah menggambar sebuah garis panjang, lalu beliau menggambar
kotak, satu ujung panjang itu berada dalam kotak. Tetapi, ujung yang lain
keluar menembus sisi lain kotak itu. Di salah satu sisi garis panjang yang
menembus kotak itu beliau menggambar garis-garis lain yang kecil.
Rasulullah
kemudian bersabda. “Garis panjang ini adalah keinginan manusia, sedang kotak
ini adalah ajalnya. Ada pun garis-garis kecil ini adalah rintangan yang akan
dihadapi manusia dalam hidupnya.” Demikianlah cara Rasulullah melakukan muhasabah dengan para
sahabat-sahabatnya sebagai generasi terbaik umat ini (khaerul qurun hadzihil
ummah).
Perintah
untuk memaksimalkan waktu adalah satu keniscayaan bahkan dalam hidup kita saat
ini adalah bagian dari waktu yang kelak akan disoal. Dalam sebuah riwayat
Rasulullah menekankan bahwa manusia kelak akan dipertanyakan ‘apa yang telah ia
lakukan dengan umurnya’ (‘an ‘umrihi fima afnah) juga paksaan untuk
mengoptimalkan masa-masa yang ada di depan kita, ‘waktu muda sebelum tua, waktu
sehat seblum sakit, waktu kaya sebelum miskin, waktu luang sebelum sempit,
hingga waktu hidup sebelum mati’ semua terkait dengan waktu. Allah
sering bersumpah soal waktu lewat firman-Nya dalam Alquran, seperti, “Demi waktu pagi ‘wal fajr’. QS. 89:1;
demi waktu dhuha ‘wad dhuha’. QS. 93:1; demi malam apabila gelap dan
waktu siang apabila terang. QS. 92 1-2, hingga “Demi masa! Sungguh manusia
benar-benar dalam kerugian, kecuali yang beriman, mengerjakan kebaikan, dan
selalu saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran!” QS. 103:1-3.
Banyak
orang sukses karena mengotimalkan waktunya dengan semaksimal mungkin untuk
hal-hal yang positif bagi dirinya dan
juga selainnya sehingga mendatangkan manfaat bagi orang lain, inilah manusia
yang terbaik menurut Rasulullah, karena sebaik-baik manusia ‘khaereunnas’
adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain ‘anfa’uhum linnas’. Namun tak sedikit pula manusia yang binasa karena
waktu, menggunakan waktunya untuk sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama
sebagaimana para perampok harta rakyat alias koruptor atau para teroris akidah
yang kerjanya menyesatkan umat. “Teruslah Anda berperang melawan kejahatan,
berbuat baik dengan tetangga, dan biarkan setiap tahun baru Anda menjadi orang
yang lebih baik,” kata Benjamin Franklin, penulis dan ilmuan kesohor dari
Amerika.
Waktu
lebih berharga dari emas sekalipun, ‘alwaqtu atsmanu minadzahabi’ dan waktu
seumpama pedang, jika engkau tidak mampu menaklukkan maka dia akan membunuhmu,
al waqtu kassaifi in lam taq’tha’ahu qatha’ak! Begitu ahli hikmah dari
Timur berkata, mengalahkan filosofi Barat tentang waktu yang hanya mengatakan ‘the
time is money!’. Selamat tinggal 2012 dan selamat datang 2013!
Comments